Saturday, July 7, 2018

TEORI STRUKTURASI ANTHONY GIDDENS


BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
                  Untuk membantu mahasiswa dalam melakukan analisa maka diperlukan teori atau konsep yang menjadi kerangka berfikir sekaligus sarana atau alat analisis data. Pada setiap kegiatan ilmiah dalam dunia akademik tidak terlepas dari teori tau konsep sebagai alat atau serana penunjang. Kegiatan ilmiah yang baik dan bermakna turut menunjang perkembangan ilmu dan pengetahuan. Teori atau konsep bukanlah sesuatu yang bersifat tetap dan kaku. Teori atau konsep di dalam diskursus senantiasa mengalami perubahahn dan perkembangan sesuai dengan dinamika yang hidup dalam masyarakat.
                  Selama bertahun-tahun, beberapa ilmuan sosial terkemuka telah menyatakan bahwa persoalan struktur-agensi merupakan isu teoritis yang paling penting dalam ilmu sosial. Perdebatan ini memberi dampak luar biasa terhadap ilmu politik dibanding disiplin ilmu sosial lain. Namun, baru-baru ini sejumlah ilmuan politik telah menyatakan bahwa persoalan struktur-agensi harus dianggap sebagai inti terhadap cara kita mempelajari politik.
                  Struktur sebenarnya merujuk pada konteks; pada kondisi materi yang menentukan jangkauan aksi yang bisa dilakukan atau mungkin dilakukan oleh aktor. Sementara agensi adalah kemampuan masing-masing individu atau kelompok (dengan sengaja maupun tidak) untuk mempengaruhi rekan mereka. Dalam ilmu politik, klaim tentang struktur dan agensi sering dibuat (meskipun tidak secara eksplisit dijelaskan seperti itu) misalnya ketika membahas kepresidenan Amerika Serikat (AS), para komentator sering kali merujuk pada bakat atau kelemahan George W. Bush. Hal semacam ini merupakan isi agensi dimana gaya, kondisi psikologi, dan karakter Bush dibahas dalam kaitannya dengan seberapa efektif hal-hal dan kondisi-kondisi tersebut mempengaruhi kinerjannya sebagai seorang presiden. Dilain pihak, para komentator juga sering kali membahas tantangan eksternal yang dihadapi pemerintah AS. Kondisi atau isu yang dibahas inilah yang dinamakan dengan struktur dimana isu-isu globalisasi (kondisi global), lembaga-lembaga internasional dan ancaman lingkungan bisa dikaji dan dieksplorasi sebagai tren atau kondisi struktural yang harus direspon oleh pemerintah Amerika Serikat (AS).

B.     RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Asumsi-asumsi Teori Strukturasi?
2. Bagaimana Pemikiran Anthony Giddens?
3. Apa Tesis-tesis utamanya?
4. Dualisme Struktur Agensi?
5. Bagaimana Model-model Strukturasi Non Anthony Giddens?
       
C.    TUJUAN
1. Untuk mengetahui Asumsi-asumsi Teori Strukturasi
2. Untuk mengetahui Pemikiran Anthony Giddens
3. Untuk mengetahui Tesis-tesis utamanya
4. Untuk mengetahui Dualisme Struktur Agensi
5. Untuk mengetahui  Model-model Strukturasi Non Anthony Giddens

D.    MANFAAT
1.      Untuk Dosen
Menjadi model pembelajaran untuk kegiatan belejar mengajar terhadap Mahasiswa.
2.      Untuk Mahasiswa
Sebagai model acuan dan penambahan literatur serta menambah wawasan.



BAB II
LANDASAN TEORI

A.    ASUMSI ASUMSI TEORI STRUKTURASI
            Dalam pemaparan awal konsep-konsep utama teori strukturasi" ini, lebih baik bila dimulsi dengan pembahasan tentang pembagian- pembagian yang telah memisahkan fungsionalisme (termasuk teori sistem) dan strukturalisme di satu sisi dengan hermeneutika dan di sisi yang lain dengan berbagai bentuk sosiologi interpretatif". Fungsionalisme dan strukturalisme menilai beberapa kemiripan yang jelas, melihat ada pertentangan yang menyolok diantara kedua faham ini. Keduanya mengekspresikan sudut pandang naturalistik dan menuju ke obyektivisme.[1]
            Dua ide tentang struktur tersebut sekilas tampak tidak ada kaitannya satu sama lain, namun nyatanya masing-masing berhubungan dengan aspek-aspek penting dari struktur hubungan-hubungan sosial, aspek-aspek yang dalam teori strukturasi dapat dipahami dengan mengenali perbedaan antara struktur dan sistem. Dalam menganalisis hubungan sosial, kita harus mengakui dimensi sintagmatik, suatu pola hubungan sosial dalam ruang dan waktu yang melibatkan proses reproduksi praktek-praktek disuatu tempat tertentu, dan dimensi para digmatik, yang melibatkan urutan sesungguhnya dari mode-mode pembangunan struktur yang secara rekursif di implikasikan dalam proses-proses reproduksi.
                        Menyatakan struktur sebaga aturan dan sumberdaya, atau dengan kata lain struktur sebagai perangkat aturan dan sumberdaya yang bisa disendirikan menghasilkan resiko yang jelas, yakni kesalahan interpretasi. Hal ini disebabkan adanya dominasi penggunaan istilah 'aturan' tertentu dalam literatur filsafat.[2] (1) Aturan kerap dianggap berhubungan dengan permainan, sebagai preskripsi repro pula aturan yang dikodifikasi sebagai hukum yang secara khas tunduk pada keragaman para pengikutnya yang lebih luas dibandingkan pada berbagai aturan permainan Lebih jauh, penggunaan aturan permainan, seperti dalam permainan catur, sebagai perangkat sistem sosial yang diatur secara tipikal adalah sering dikaitkan dengan Wittgenstein. Apa yang dikatakan Wittgenstein nampak relevan di sini; bahwa permainan anak-anak adalah upaya memberi contoh tentang rutinitas kehidupan sosial. (2) Aturan kerap dilihat dalam bentuknya yang tunggal, seakan bisa dikaitkan dengan ke perilaku tertentu. Padahal akan sama sekali tidak cocok bila ia dikiaskan dengan praktek kehidupan sosial, saat berbagai praktek dipertahankan sembari perangkat-perangkatnya dikelola secara longgar. (3) Aturan tidak dapat dikonseptualisasikan terlepas dari adanya sumberdaya. Aturan ini mengacu pada bentuk-bentuk yang secara aktual memasukkan hubungan-hubungan transformatifnya pada proses produksi dan reproduksi praktek-praktek sosial. Dalam hal ini, sifat-sifat struktural mengekspresikan bentuk-bentuk dominasi dan kekuasaan. (4) Aturan menyiratkan prosedur-prosedur metodis interaksi sosial, sebagaimana yang utamanya dijelaskan oleh Garfinkel. Aturan secara khas berkaitan dengan praktek-praktek sosial dalam kontekstualitas suatu perjumpaan di tempat tertentu: sebagai deretan pertimbangan ad hoc yang mengidentifikasikan dirinya terlibat secara terus menerus dalam melangsungkan aturan serta bersifat sangat mendasar bagi bentuk-bentuk aturan tersebut. Setiap aktor sosial yang cakap, sebagaimana yang semestinya, merupakan ipso factor bagi seorang teoritisi sosial pemerhati kesadaran diskursif dan bagi spesialis metodologi yang begitu memperhatikan baik kesadaran praktis maupun diskursif. (5) Aturan memiliki dua aspek yang perlu dibedakan secara konseptual, sedangkan sejumlah penulis filsafat cenderung menggabungkan dua aspek itu. Aturan di satu sisi berhubungan dengan pembentukan makna, dan di lain sisi dengan pemberian sanksi atas mode-mode perilaku social.
B. PEMIKIRAN PEMIKIRAN ANTHONY GIDDENS
            Giddens menunjukkan bahwa didalam masyarakat terdapat unsur yang terpenting yaitu struktur dan individu. Dengan menyebut teori sosiologinya dengan structuration, banyak orang menilai pada dasarnya ia menyebut structure dalam pengertian yang berbeda dengan para sosiolog lainnya.
            Giddens sangat berbeda dalam meramu teorinya, berbeda dengan ilmuan lainnya. Namun ia sangat menghormati konsensus ortodoks misalnya, dengan tetap memakai konsep-konsep ilmuwan sosial lainnya seperti structure, walaupun ia menyebutkannya dengan structuration. Kedua kata tersebut memang menunjukkan perbedaan makna yang cukup berarti bagi Giddens, dimana dia lebih memilih menggunakan kata structuration. Strukturasi Giddens digunakan untuk mengkaji masyarakat modern sehingga teorinya tidak mutlak berlaku untuk semua masyrakat. Dengan teorinya tersebut dia setidaknya berusaha mempertahankan keyakinan bahwa masyarakat akan selalu berubah, seagaimana ilmu tentang masyarakat itu sendiri terus berkembang sepanjang ruang dan waktu.
            Menurut Anthony Giddens teori strukturasi adalah konsep-konsep struktur, sistem dan dualitas striktur.[3] Giddens berpandangan bahwa pelaku dan struktur tidak dapat dipisahkan. Namun keterkaitan itu merupakan hubungan dualitas atau timbal balik bukan hubungan dualisme (pertentangan). Namun menurutnya, struktur adalah aturan atau rules dan sumber daya (sources) yang dibentuk dari yang akhirnya menghasilkan praktik sosial. Dalam pandangan Giddens[4], ada tiga gugus struktur besar yang ada dalam masyarakat, yaitu :
a.struktur signifikansi,  
b. struktur dominasi,
c. struktur legitimasi.
            Anthony Giddens mempersembahkan suatu teori strukturasi dalam usahannya untuk menjembatani apa yang dia rasakan menjadi suatu perbedaan antara bagian depan perspektif teoritis dengan apapun yang menekankan pada tindakan dan agensi. Dan makan dari itu, struktrurasi didiskripsikan sebagai suatu proses yang mana struktur-strukturnya itu merupakan bagian dari agensi masyarakat, meskipun mereka memberikan media dari konstitusi tersebut. Kehidupan sosial terdiri dari konstitusi bersama antara struktur dan agency. Konsep strukturasi ini bukanlah hal baru dalam pemikiran ilmu sosial. Satu dari karakteristik penting dari teori strukturasi adalah keunggulan pada perubahan sosial mengenai bagaimana struktur diproduksi dan direproduksi oleh agen-agen masyarakat yang beraksi melalui media dan dari struktur-struktur ini.

C. TESIS TESIS UTAMANYA
  - Giddens, Anthony (1971) Capitalism and Modern Social Theory. An Analysis of the writings of Marx, Durkheim and Max Weber. Cambridge : Cambridge University Press.
  - Giddens, Anthony (1973) The Class Structure of the Advanced Societies. London : Hutchinson.
  - Giddens, Anthony (1976) Functionalism: apres la lutte, Social Research, 43, 325-66
  -  Giddens, Anthony (1976) New Rules of Sociological Method: a Positive Critique of interpretative Sociologies. London : Hutchinson.
  -  Giddens, Anthony (1977) Studies in Social and Political Theory. London : Hutchinson.
  -  Giddens, Anthony (1979) Central problems in Social Theory : Action, Structure and Contradiction in Social Analysis. London : Macmillan.
 - Giddens, Anthony (1981) A Contemporary Critique of Historical Materialism. Vol. 1. Power, Property and the State. London : Macmillan.
 - Giddens, Anthony (1982) Sociology: a Brief but Critical Introduction. London : Macmillan.
 -  Giddens, Anthony (1982) Profiles and Critiques in Social Theory. London : Macmillan.
 -  Giddens, Anthony & Mackenzie, Gavin (Eds.) (1982) Social Class and the Division of Labour. Essays in Honour of Ilya Neustadt. Cambridge : Cambridge University Press.
  - Giddens, Anthony (1984) The Constitution of Society. Outline of the Theory of Structuration. Cambridge : Polity (publisher).
- Giddens, Anthony (1985) A Contemporary Critique of Historical Materialism. Vol. 2. The Nation State and Violence. Cambridge : Polity (publisher).
-   Giddens, Anthony (1986) Durkheim. London : Fontana Modern Masters.
-  Giddens, Anthony (1990) The Consequences of Modernity. Cambridge: Polity (publisher).
-  Giddens, Anthony (1991) Modernity and Self-Identity. Self and Society in the Late Modern Age. Cambridge: Polity (publisher).
-  Giddens, Anthony (1992) The Transformation of Intimacy: Sexuality, Love and Eroticism in Modern Societies. Cambridge: Polity (publisher).
- Beck, Ulrich & Giddens, Anthony & Lash, Scott (1994) Reflexive Modernization. Politics, Tradition and Aesthetics in the Modern Social Order. Cambridge : Polity (publisher).
- Giddens, Anthony (1994) Beyond Left and Right — the Future of Radical Politics. Cambridge : Polity (publisher).
- Giddens, Anthony (1995) Politics, Sociology and Social Theory: Encounters with Classical and Contemporary Social Thought. Cambridge : Polity (publisher).
- Giddens, Anthony (1996) In Defence of Sociology. Cambridge : Polity (publisher).
- Giddens, Anthony (1996) Durkheim on Politics and the State. Cambridge : Polity (publisher).
- Giddens, Anthony (1998) The Third Way. The Renewal of Social Democracy. Cambridge : Polity (publisher).
-  Giddens, Anthony (1999) Runaway World: How Globalization is Reshaping Our Lives. London : Profile.
-  Hutton, Will & Giddens, Anthony (Eds.) (2000) On The Edge. Living with Global Capitalism. London : Vintage.
-  Giddens, Anthony (2000) The Third Way and Its Critics. Cambridge : Polity (publisher).
-  Giddens, Anthony (2000) Runaway World. London : Routledge.
-  Giddens, Anthony (Ed.) (2001) The Global Third Way Debate. Cambridge : Polity (publisher).
-  Giddens, Anthony (2002) Where Now for New Labour? Cambridge : Polity (publisher).
-  Giddens, Anthony (Ed.) (2003) The Progressive Manifesto. New Ideas for the Centre-Left. Cambridge : Polity (publisher).
-  Giddens, Anthony (Ed.) (2005) The New Egalitarianism Cambridge : Polity (publisher).
- Giddens, Anthony (2007) Europe In The Global Age. Cambridge : Polity (publisher).
 - Giddens, Anthony (2007) Over to You, Mr Brown - How Labour Can Win Again. Cambridge : Polity (publisher).
-  Giddens, Anthony (2009) The Politics of Climate Change. Cambridge : Polity (publisher).
-  Giddens, Anthony (2009) Sociology (Sixth Edition). Cambridge : Polity (publisher).




D. DUALISME STRUKTUR AGENSI
     
            Dalam menjelaskan tentang hubungan agent dan struktur, Giddens (2003) mengenalkan konsep dualitas struktur. Konsep dualitas struktur  menerangkan bahwa struktur bukan hanya medium, tetapi juga hasil dari tingkah laku (conduct) yang diorganisasikan secara berulang. Dengan kata lain, struktur bukan hanya memandu tindakan tetapi juga merupakan akibat dari tindakan agent dalam proses produksi dan reproduksi sistem sosial. Struktur menjadi medium karena seseorang tidak dapat bertindak tanpa kemampuan dan pengetahuan yang sudah terbatinkan. Struktur kemudian  menjadi hasil karena pola budaya yang luas direproduksi ketika digunakan. Strukturasi menangkap gambaran tentang hidup sisal sebagai proses timbal balik antara tindakan-tindakan individual dan kekuatan-kekuatan sosial.
            Tujuan teori strukturasi adalah menjelaskan hubungan dialektika dan saling mempengaruhi antara agen dan struktur. Dengan demikian, agen dan struktur tidak bisa dipahami dalam keadaan saling terpisah satu sama lain. Agen dan struktur saling menjalin tanpa terpisahkan dalam praktik atau aktivitas manusia. Mereka adalah dualitas.[5] Aktivitas manusia bukanlah hasil sekali jadi oleh aktor sosial, tetpai secara terus menerus mereka ciptakan ulang melalui suatu cara, dan dengan cara itu juga mereka menyatakan diri mereka sendiri sebagai aktor. Di dalam dan melalui aktivitas mereka, agen menciptakan kondisi yang memungkinkan aktivitas ini berlangsung. Secara umum Giddens memusatkan perhatian pada proses dialektika dimana praktik sosial, struktur dan kesadaran diciptakan.[6] Giddens memaknai struktur sebagai aturan dan sumber yang disusun sebagai sifat-sifat sistem sosial. Struktur hanya hadir sebagai ‘sifat-sifat struktural’. Sifat struktural atau lebih tepatnya sifat pemolahan merujuk pada sifat-sifat pemolaah yang memungkinkan untuk mengikat waktu dan ruang dalam sistem sosial. Giddens berpendapat bahwa sifat-sifat ini dapat dipahami sebagai aturan dan sumber daya, yang terus menerus terlibat ke dalam reproduksi sosial. Struktur hadir secara paradigmatik. Sebagai serangkaian perbedaan yang tidak kasat mata (virtual) yang hanya hadir secara temporal dalam wujud sekilasnya, dalam momen membentuk sitem sosial, struktur bisa dikonseptualisasikan secara abstrak sebagai aspek dari aturan, yaitu unsur-unsur normatif dan kode penandaan. Sumber daya juga memiliki dua jenis, sumber daya otoritatif yang berasal dari koordinasi aktivitas para agen manusia, dan sumber daya alokatif, yang berasal dari kontrol atas produk material atau aspek-aspek dunia material.
            Struktur berasal dari kebiasaan-kebiasaan yang ditetapkan sebagai standart dan dengan demikian, sangat berhubungan dengan institusionalisasi dan memberi bentuk pada pengaruh-pengaruh yang sangat dominal dalam kehidupan sosial. Giddens membedakan antara struktur sebagai aturan-aturan dan sumber daya – sumber daya dalam (kesatuan), dan struktur sebagai seperangkat aturan dan sumber daya (terpisah) dengan alasan sebagai berikut, yaitu :
a. aturan kerap dipahami sebagai ketentuan formal, aturan dalam reproduks sosial secara umum tidaklah demikian.
b. aturan sering dipahami sebagai bentuknya yang tunggal, padahal dalam   struktur Giddens tidaklah demikian.
c. aturan tidak dapat dikonseptualisasikan terpisah dari sumber daya, yang merujuk pada cara-cara dimana relasi-relasi transformatif sebenarnya terlibat dalam proses produksi dan reproduksi praktis-praktis sosial. Oleh karena itu, kelengkapan struktural memperlihatkan dominasi dan kekuasaan.
d. aturan mengandaikan prosedur-prosedur metodis.


E. MODEL-MODEL STRUKTURASI NON GIDDENS
Dalam studi mereka yang menggunakan teori strukturasi Giddens, Layder dkk (1991) menggunakan kelas sosial, jenis kelammin, tingkat pengangguran, dan lokasi tempat tinggal (kota) sebagai variabel struktur.
Yang lebih kontemporer, Parsons misalnya, membangun teori struktural-fungsional dimulai dari  teori tindakan.  Dalam teori tindakannya, Parsons menjelaskan bahwa aktor bertindak untuk mencapai suatu tujuan tertentu.  Tindakan aktor dipengaruhi oleh beragam faktor, yakni ketersediaan alat (means), kondisi yang menghambat, norma-norma yang berlaku, serta sistem budaya dimana aktor tersebut berada (lihat Wallace and Wolf, 2006 dan Turner, 1998). Dalam pandangan Parsons ini, seperti dijelaskan oleh Turner, “Action involves actors making subjective decisions about the means to achieve goals, all of which are constrained by ideas and situational conditions” (Turner, 1998: 30).Demikian juga dengan teori Parsons tentang “variabel pola” (pattern variables).  Ini juga merupakan teori tindakan; dimana Parsons menjelaskan dua pola tindakan, yakni tindakan ekspresif dan I  nstrumental.
Sementara itu, teori pilihan rasional atau rational choice, menekankan pada sifat rasional manusia sebagai basis tindakannya.  Seperti dikatakan Wallace dan Wolf, “Theories of rational choice assume that people are rational and base their actions on what they perceive to be the most effective means to their goals” (Wallace and Wolf, 2006: 303). Salah satu tokoh dalam kelompok teori ini, yakni George C. Homans, menjelaskan bahwa tindakan seseorang merupakan  hasil dari kalkuasi antara nilai dan kemungkinan keberhasilan dari tindakan itu (Turner, 1998: 265).  Walau nilai dari suatu tindakan itu tinggi, namun jika kemungkinan keberhasilannya rendah, mungkin seseorang akan memilih tindakan lain yang nilainya tidak terlalu tinggi, namun tingkat keberhasilannya tinggi. Tindakan ini diformulasikan oleh Homans sebagai berikut:
Tindakan = Nilai x Kemungkinan atau
Action = Value x Probability
Para teoritisi interaksionisme simbolik tentunya juga menjelaskan tindakan aktor. Seperti dijelaskan oleh Wallace dan Wolf, dalam teori interaksionisme simbolik ini, “Individuals are viewed as active constructors of their own conduct who interprete, evaluate, define, and map out their own action...” (Wallace and Wolf, 2006: 199).  Salah satu tokoh teori ini, Herbert Blumer, menjelaskan bahwa manusia itu bertindak terhadap sesuatu didasarkan pada makna (meaning) dari sesuatu itu baginya (Wallace and Wolf, 2006: 217). Begitu juga dengan teori fenomenologi.  Para teoretisi fenomenologi mempunyai fokus  perhatian pada bagaimana dunia ini dimaknai dan dipahami oleh orang atau kelompok tertentu. Fenomenologi mempelajari perilaku orang dalam kehidupan sehari-hari (everyday life).  Menurut Inglisdan Thorpe (2012), fenomenologi-lah yang pertama-tama menekankan ide tentang kesadaran praktis (practical consciousness). Ide ini mengatakan bahwa sebagian besar manusia dan pada sebagian besar waktu, berpikir dan bertindak secara “setengah sadar” (semi-conscious), ketimbang secara sadar sepenuhnya. Dalam kehidupan seharihari, kita melakukan banyak hal (bertindak) “begitu saja”, tanpa melalui proses berpikir secara mendalam.  Banyak tindakan manusia yang dilakukan sebagai suatu “kebiasaan”, suatu tindakan rutin saja.
Stones mengatakan bahwa “Theories of social action have been gradually, incrementally, and sometimes radically, developed and refined over the last century or so” Dalam konteks perkembangan teori tindakan itu, belakangan ini tindakan banyak dibahas dalam bingkai perdebatan tentang struktur dan agensi.Namun demikian, baik konsep struktur maupun agensi serta kaitannya dengan tindakan aktor juga masih menjadi bahan perdebatan. Oleh sebab itu, menarik dan penting untuk membahas teori tindakan dalam bingkai struktur dan agensi tersebut. Dengan demikian, maka ada tiga tujuan utama tulisan ini, yakni pertama, mengkaji pengertian struktur sosial, kedua mengkaji pengertian agensi, dan ketiga membangun teori tindakan berbasiskan konsep aktor, tindakan, struktur sosial dan agensi serta interaksi antara unsur-unsur tersebut.
           


















BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Dalam asumsi asumsi Anthony Giddens menerangkan bahwa positivisme (fakta sosial) tidak lagi memadai dalam memandang fenomena sosial karena sifatnya reduksionis, aktor menjadi beku karena di atur oleh struktur. Berdasarkan pemikiran Anthony Giddens, beliau mencentuskan Teori Strukturasi.
Giddens sangat berbeda dalam meramu teorinya, berbeda dengan ilmuan lainnya. Namun ia sangat menghormati konsensus ortodoks misalnya, dengan tetap memakai konsep-konsep ilmuwan sosial lainnya seperti structure, walaupun ia menyebutkannya dengan structuration. Kedua kata tersebut memang menunjukkan perbedaan makna yang cukup berarti bagi Giddens, dimana dia lebih memilih menggunakan kata structuration. Strukturasi Giddens digunakan untuk mengkaji masyarakat modern sehingga teorinya tidak mutlak berlaku untuk semua masyrakat. Dengan teorinya tersebut dia setidaknya berusaha mempertahankan keyakinan bahwa masyarakat akan selalu berubah, seagaimana ilmu tentang masyarakat itu sendiri terus berkembang sepanjang ruang dan waktu.
Hasil-hasil karyanya yang terutama tesisnya banyak dipengaruhi oleh Teori Strukturasi banyak karyanya yang di terbitkan diantaranya:
  Giddens, Anthony (1971) Capitalism and Modern Social Theory. An Analysis of the writings of Marx, Durkheim and Max Weber. Cambridge : Cambridge University Press.
  Giddens, Anthony (1973) The Class Structure of the Advanced Societies. London : Hutchinson.
  Giddens, Anthony (1976) Functionalism: apres la lutte, Social Research, 43, 325-66 s
  Giddens, Anthony (1976) New Rules of Sociological Method: a Positive Critique of interpretative Sociologies. London : Hutchinson.
  Giddens, Anthony (1977) Studies in Social and Political Theory. London : Hutchinson
Dalam menjelaskan tentang hubungan agent dan struktur, Giddens (2003) mengenalkan konsep dualitas struktur. Konsep dualitas struktur  menerangkan bahwa struktur bukan hanya medium, tetapi juga hasil dari tingkah laku (conduct) yang diorganisasikan secara berulang. Dengan kata lain, struktur bukan hanya memandu tindakan tetapi juga merupakan akibat dari tindakan agent dalam proses produksi dan reproduksi sistem sosial. Struktur menjadi medium karena seseorang tidak dapat bertindak tanpa kemampuan dan pengetahuan yang sudah terbatinkan. Struktur kemudian  menjadi hasil karena pola budaya yang luas direproduksi ketika digunakan. Strukturasi menangkap gambaran tentang hidup sisal sebagai proses timbal balik antara tindakan-tindakan.











DAFTAR PUSTAKA

Giddens, Anthony, Teori Strukturasi, terjemahan oleh Maufur dan Dariyatno,Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2010.
Giddens, Anthony dan Turner Jonatahan, Social Theroy Today. Terjemahan oleh Yudi Santoso, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008.
Poster, Mark, Anthony Giddens :The Constitution Of Society, terjemahan oleh Adi Loka Sujono, Pasuruan: Pedati, 2003.
Yahya, Khoirul dkk, Teori Politik, Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2013.













[1] Mark Poster, , Anthony Giddens :The Constitution Of Society, terjemahan oleh Adi Loka Sujono, (Pasuruan: Pedati,2003), 1.
[2] Ibid, 20-22.
[3] Ibid, 19.
[4] Khoirul Yahya, dkk, Teori Politik, (Surabaya:IAIN Sunan Ampel Press,2013).
[5] Ritzer George, Goodman, Douglas. 2003. Teori Sosiologi Modern. Terjemahan Alimandan, (Jakarta: Prenada Media, 2004).
[6] Ibid.

1 comment: