BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Untuk membantu mahasiswa dalam
melakukan analisa maka diperlukan teori atau konsep yang menjadi kerangka
berfikir sekaligus sarana atau alat analisis data. Pada setiap kegiatan ilmiah
dalam dunia akademik tidak terlepas dari teori tau konsep sebagai alat atau
serana penunjang. Kegiatan ilmiah yang baik dan bermakna turut menunjang
perkembangan ilmu dan pengetahuan. Teori atau konsep bukanlah sesuatu yang
bersifat tetap dan kaku. Teori atau konsep di dalam diskursus senantiasa
mengalami perubahahn dan perkembangan sesuai dengan dinamika yang hidup dalam
masyarakat.
Selama
bertahun-tahun, beberapa ilmuan sosial terkemuka telah menyatakan bahwa
persoalan struktur-agensi merupakan isu teoritis yang paling penting dalam ilmu
sosial. Perdebatan ini memberi dampak luar biasa terhadap ilmu politik
dibanding disiplin ilmu sosial lain. Namun, baru-baru ini sejumlah ilmuan
politik telah menyatakan bahwa persoalan struktur-agensi harus dianggap sebagai
inti terhadap cara kita mempelajari politik.
Struktur
sebenarnya merujuk pada konteks; pada kondisi materi yang menentukan jangkauan
aksi yang bisa dilakukan atau mungkin dilakukan oleh aktor. Sementara agensi
adalah kemampuan masing-masing individu atau kelompok (dengan sengaja maupun
tidak) untuk mempengaruhi rekan mereka. Dalam ilmu politik, klaim tentang
struktur dan agensi sering dibuat (meskipun tidak secara eksplisit dijelaskan
seperti itu) misalnya ketika membahas kepresidenan Amerika Serikat (AS), para
komentator sering kali merujuk pada bakat atau kelemahan George W. Bush. Hal
semacam ini merupakan isi agensi dimana gaya, kondisi psikologi, dan karakter
Bush dibahas dalam kaitannya dengan seberapa efektif hal-hal dan
kondisi-kondisi tersebut mempengaruhi kinerjannya sebagai seorang presiden.
Dilain pihak, para komentator juga sering kali membahas tantangan eksternal yang
dihadapi pemerintah AS. Kondisi atau isu yang dibahas inilah yang dinamakan
dengan struktur dimana isu-isu globalisasi (kondisi global), lembaga-lembaga
internasional dan ancaman lingkungan bisa dikaji dan dieksplorasi sebagai tren
atau kondisi struktural yang harus direspon oleh pemerintah Amerika Serikat
(AS).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Asumsi-asumsi Teori
Strukturasi?
2. Bagaimana Pemikiran Anthony
Giddens?
3. Apa Tesis-tesis utamanya?
4. Dualisme Struktur Agensi?
5. Bagaimana Model-model
Strukturasi Non Anthony Giddens?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui Asumsi-asumsi
Teori Strukturasi
2. Untuk mengetahui Pemikiran
Anthony Giddens
3. Untuk mengetahui Tesis-tesis
utamanya
4. Untuk mengetahui Dualisme
Struktur Agensi
5. Untuk mengetahui Model-model Strukturasi Non Anthony Giddens
D. MANFAAT
1. Untuk Dosen
Menjadi model pembelajaran untuk kegiatan
belejar mengajar terhadap Mahasiswa.
2. Untuk Mahasiswa
Sebagai model acuan dan penambahan literatur
serta menambah wawasan.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. ASUMSI ASUMSI TEORI STRUKTURASI
Dalam pemaparan awal konsep-konsep utama teori strukturasi" ini, lebih
baik bila dimulsi dengan pembahasan tentang pembagian- pembagian yang telah
memisahkan fungsionalisme (termasuk teori sistem)
dan strukturalisme di satu sisi dengan
hermeneutika dan di sisi yang lain dengan berbagai bentuk sosiologi interpretatif". Fungsionalisme dan strukturalisme menilai beberapa kemiripan yang jelas, melihat ada pertentangan yang menyolok diantara kedua faham ini. Keduanya mengekspresikan sudut
pandang naturalistik dan menuju ke obyektivisme.[1]
Dua
ide tentang struktur tersebut sekilas tampak tidak ada kaitannya satu sama
lain, namun nyatanya masing-masing berhubungan dengan aspek-aspek penting dari
struktur hubungan-hubungan sosial, aspek-aspek yang dalam teori strukturasi
dapat dipahami dengan mengenali perbedaan antara struktur dan sistem. Dalam
menganalisis hubungan sosial, kita harus mengakui dimensi sintagmatik, suatu
pola hubungan sosial dalam ruang dan waktu yang melibatkan proses reproduksi
praktek-praktek disuatu tempat tertentu, dan dimensi para digmatik, yang
melibatkan urutan sesungguhnya dari mode-mode pembangunan struktur yang secara
rekursif di implikasikan dalam proses-proses reproduksi.
Menyatakan struktur sebaga aturan
dan sumberdaya, atau dengan kata lain struktur sebagai perangkat aturan dan
sumberdaya yang bisa disendirikan menghasilkan resiko yang jelas, yakni
kesalahan interpretasi. Hal ini disebabkan adanya dominasi penggunaan istilah
'aturan' tertentu dalam literatur filsafat.[2]
(1) Aturan kerap dianggap berhubungan dengan permainan, sebagai preskripsi
repro pula aturan yang dikodifikasi sebagai hukum yang secara khas tunduk pada
keragaman para pengikutnya yang lebih luas dibandingkan pada berbagai aturan
permainan Lebih jauh, penggunaan aturan permainan, seperti dalam permainan
catur, sebagai perangkat sistem sosial yang diatur secara tipikal adalah sering
dikaitkan dengan Wittgenstein. Apa yang dikatakan Wittgenstein nampak relevan
di sini; bahwa permainan anak-anak adalah upaya memberi contoh tentang
rutinitas kehidupan sosial. (2) Aturan kerap dilihat dalam bentuknya yang
tunggal, seakan bisa dikaitkan dengan ke perilaku tertentu. Padahal akan sama
sekali tidak cocok bila ia dikiaskan dengan praktek kehidupan sosial, saat
berbagai praktek dipertahankan sembari perangkat-perangkatnya dikelola secara
longgar. (3) Aturan tidak dapat dikonseptualisasikan terlepas dari adanya
sumberdaya. Aturan ini mengacu pada bentuk-bentuk yang secara aktual memasukkan
hubungan-hubungan transformatifnya pada proses produksi dan reproduksi
praktek-praktek sosial. Dalam hal ini, sifat-sifat struktural mengekspresikan
bentuk-bentuk dominasi dan kekuasaan. (4) Aturan menyiratkan prosedur-prosedur
metodis interaksi sosial, sebagaimana yang utamanya dijelaskan oleh Garfinkel.
Aturan secara khas berkaitan dengan praktek-praktek sosial dalam
kontekstualitas suatu perjumpaan di tempat tertentu: sebagai deretan
pertimbangan ‘ad hoc’ yang mengidentifikasikan dirinya terlibat secara terus menerus dalam
melangsungkan aturan serta bersifat sangat mendasar bagi bentuk-bentuk aturan
tersebut. Setiap aktor sosial yang cakap, sebagaimana yang semestinya,
merupakan ipso factor bagi seorang teoritisi sosial pemerhati kesadaran
diskursif dan bagi spesialis metodologi yang begitu memperhatikan baik
kesadaran praktis maupun diskursif.
(5) Aturan
memiliki dua aspek yang perlu
dibedakan secara konseptual, sedangkan sejumlah penulis filsafat cenderung
menggabungkan dua aspek itu. Aturan di satu sisi berhubungan dengan pembentukan
makna, dan di lain sisi dengan
pemberian sanksi atas mode-mode
perilaku social.
B. PEMIKIRAN PEMIKIRAN ANTHONY GIDDENS
Giddens
menunjukkan bahwa didalam masyarakat terdapat unsur yang terpenting yaitu
struktur dan individu. Dengan menyebut teori sosiologinya dengan structuration, banyak orang menilai pada
dasarnya ia menyebut structure dalam
pengertian yang berbeda dengan para sosiolog lainnya.
Giddens
sangat berbeda dalam meramu teorinya, berbeda dengan ilmuan lainnya. Namun ia
sangat menghormati konsensus ortodoks misalnya, dengan tetap memakai
konsep-konsep ilmuwan sosial lainnya seperti structure, walaupun ia menyebutkannya dengan structuration. Kedua kata tersebut memang menunjukkan perbedaan
makna yang cukup berarti bagi Giddens, dimana dia lebih memilih menggunakan
kata structuration. Strukturasi
Giddens digunakan untuk mengkaji masyarakat modern sehingga teorinya tidak
mutlak berlaku untuk semua masyrakat. Dengan teorinya tersebut dia setidaknya
berusaha mempertahankan keyakinan bahwa masyarakat akan selalu berubah,
seagaimana ilmu tentang masyarakat itu sendiri terus berkembang sepanjang ruang
dan waktu.
Menurut
Anthony Giddens teori strukturasi adalah konsep-konsep struktur, sistem dan
dualitas striktur.[3]
Giddens berpandangan bahwa pelaku dan struktur tidak dapat dipisahkan. Namun
keterkaitan itu merupakan hubungan dualitas atau timbal balik bukan hubungan
dualisme (pertentangan). Namun menurutnya, struktur adalah aturan atau rules
dan sumber daya (sources) yang dibentuk dari yang akhirnya menghasilkan praktik
sosial. Dalam pandangan Giddens[4],
ada tiga gugus struktur besar yang ada dalam masyarakat, yaitu :
a.struktur signifikansi,
b. struktur dominasi,
c. struktur legitimasi.
Anthony
Giddens mempersembahkan suatu teori strukturasi dalam usahannya untuk
menjembatani apa yang dia rasakan menjadi suatu perbedaan antara bagian depan
perspektif teoritis dengan apapun yang menekankan pada tindakan dan agensi. Dan
makan dari itu, struktrurasi didiskripsikan sebagai suatu proses yang mana
struktur-strukturnya itu merupakan bagian dari agensi masyarakat, meskipun
mereka memberikan media dari konstitusi tersebut. Kehidupan sosial terdiri dari
konstitusi bersama antara struktur dan agency. Konsep strukturasi ini bukanlah
hal baru dalam pemikiran ilmu sosial. Satu dari karakteristik penting dari
teori strukturasi adalah keunggulan pada perubahan sosial mengenai bagaimana
struktur diproduksi dan direproduksi oleh agen-agen masyarakat yang beraksi
melalui media dan dari struktur-struktur ini.
C. TESIS TESIS UTAMANYA
- Giddens, Anthony (1971) Capitalism and Modern Social
Theory. An Analysis of the writings of Marx, Durkheim and Max Weber. Cambridge : Cambridge
University Press.
- Giddens, Anthony (1973) The Class Structure of the
Advanced Societies. London : Hutchinson.
-
Giddens, Anthony (1976) New Rules of Sociological Method: a Positive
Critique of interpretative Sociologies. London : Hutchinson.
-
Giddens, Anthony (1977) Studies in Social and Political Theory.
London : Hutchinson.
-
Giddens, Anthony (1979) Central problems in Social Theory :
Action, Structure and Contradiction in Social Analysis. London :
Macmillan.
- Giddens, Anthony (1981) A
Contemporary Critique of Historical Materialism. Vol. 1. Power, Property and
the State. London : Macmillan.
- Giddens, Anthony (1982) Sociology:
a Brief but Critical Introduction. London : Macmillan.
-
Giddens, Anthony (1982) Profiles and Critiques in Social Theory.
London : Macmillan.
-
Giddens, Anthony & Mackenzie, Gavin (Eds.) (1982) Social Class and
the Division of Labour. Essays in Honour of Ilya Neustadt. Cambridge :
Cambridge University Press.
- Giddens, Anthony (1984) The
Constitution of Society. Outline of the Theory of Structuration.
Cambridge : Polity (publisher).
- Giddens, Anthony
(1985) A Contemporary Critique of Historical Materialism. Vol. 2. The Nation
State and Violence. Cambridge : Polity (publisher).
- Giddens, Anthony (1986) Durkheim.
London : Fontana Modern Masters.
- Giddens, Anthony (1990) The Consequences of
Modernity. Cambridge: Polity (publisher).
- Giddens, Anthony (1991) Modernity
and Self-Identity. Self and Society in the Late Modern Age. Cambridge:
Polity (publisher).
- Giddens, Anthony (1992) The
Transformation of Intimacy: Sexuality, Love and Eroticism in Modern Societies.
Cambridge: Polity (publisher).
- Beck, Ulrich &
Giddens, Anthony & Lash, Scott (1994) Reflexive Modernization. Politics,
Tradition and Aesthetics in the Modern Social Order. Cambridge : Polity (publisher).
- Giddens, Anthony
(1994) Beyond Left and Right — the Future of Radical Politics.
Cambridge : Polity (publisher).
- Giddens, Anthony
(1995) Politics, Sociology and Social Theory: Encounters with Classical and
Contemporary Social Thought. Cambridge : Polity (publisher).
- Giddens, Anthony
(1996) In Defence of Sociology. Cambridge : Polity (publisher).
- Giddens, Anthony
(1996) Durkheim on Politics and the State. Cambridge : Polity
(publisher).
- Giddens, Anthony
(1998) The Third Way. The Renewal of Social Democracy. Cambridge :
Polity (publisher).
- Giddens, Anthony (1999) Runaway
World: How Globalization is Reshaping Our Lives. London : Profile.
- Hutton, Will & Giddens,
Anthony (Eds.) (2000) On The Edge. Living with Global Capitalism.
London : Vintage.
- Giddens, Anthony (2000) The
Third Way and Its Critics. Cambridge : Polity (publisher).
- Giddens, Anthony (2000) Runaway
World. London : Routledge.
- Giddens, Anthony (Ed.) (2001) The
Global Third Way Debate. Cambridge : Polity (publisher).
- Giddens, Anthony (2002) Where
Now for New Labour? Cambridge : Polity (publisher).
- Giddens, Anthony (Ed.) (2003) The
Progressive Manifesto. New Ideas for the Centre-Left. Cambridge :
Polity (publisher).
- Giddens, Anthony (Ed.) (2005) The
New Egalitarianism Cambridge : Polity (publisher).
- Giddens, Anthony
(2007) Europe In The Global Age. Cambridge : Polity (publisher).
- Giddens, Anthony (2007) Over
to You, Mr Brown - How Labour Can Win Again. Cambridge : Polity
(publisher).
- Giddens, Anthony (2009) The Politics of
Climate Change. Cambridge : Polity (publisher).
- Giddens, Anthony (2009) Sociology (Sixth
Edition). Cambridge : Polity (publisher).
D. DUALISME STRUKTUR AGENSI
Dalam menjelaskan tentang hubungan
agent dan struktur, Giddens (2003) mengenalkan konsep dualitas struktur. Konsep
dualitas struktur menerangkan bahwa struktur bukan hanya medium, tetapi
juga hasil dari tingkah laku (conduct) yang diorganisasikan secara berulang.
Dengan kata lain, struktur bukan hanya memandu tindakan tetapi juga merupakan
akibat dari tindakan agent dalam proses produksi dan reproduksi
sistem sosial. Struktur menjadi medium karena seseorang tidak dapat bertindak
tanpa kemampuan dan pengetahuan yang sudah terbatinkan. Struktur kemudian
menjadi hasil karena pola budaya yang luas direproduksi ketika digunakan.
Strukturasi menangkap gambaran tentang hidup sisal sebagai proses timbal balik
antara tindakan-tindakan individual dan kekuatan-kekuatan sosial.
Tujuan
teori strukturasi adalah menjelaskan hubungan dialektika dan saling
mempengaruhi antara agen dan struktur. Dengan demikian, agen dan struktur tidak
bisa dipahami dalam keadaan saling terpisah satu sama lain. Agen dan struktur
saling menjalin tanpa terpisahkan dalam praktik atau aktivitas manusia. Mereka
adalah dualitas.[5]
Aktivitas manusia bukanlah hasil sekali jadi oleh aktor sosial, tetpai secara
terus menerus mereka ciptakan ulang melalui suatu cara, dan dengan cara itu
juga mereka menyatakan diri mereka sendiri sebagai aktor. Di dalam dan melalui
aktivitas mereka, agen menciptakan kondisi yang memungkinkan aktivitas ini
berlangsung. Secara umum Giddens memusatkan perhatian pada proses dialektika
dimana praktik sosial, struktur dan kesadaran diciptakan.[6]
Giddens memaknai struktur sebagai aturan dan sumber yang disusun sebagai
sifat-sifat sistem sosial. Struktur hanya hadir sebagai ‘sifat-sifat
struktural’. Sifat struktural atau lebih tepatnya sifat pemolahan merujuk pada
sifat-sifat pemolaah yang memungkinkan untuk mengikat waktu dan ruang dalam
sistem sosial. Giddens berpendapat bahwa sifat-sifat ini dapat dipahami sebagai
aturan dan sumber daya, yang terus menerus terlibat ke dalam reproduksi sosial.
Struktur hadir secara paradigmatik. Sebagai serangkaian perbedaan yang tidak
kasat mata (virtual) yang hanya hadir
secara temporal dalam wujud sekilasnya, dalam momen membentuk sitem sosial,
struktur bisa dikonseptualisasikan secara abstrak sebagai aspek dari aturan,
yaitu unsur-unsur normatif dan kode penandaan. Sumber daya juga memiliki dua
jenis, sumber daya otoritatif yang berasal dari koordinasi aktivitas para agen
manusia, dan sumber daya alokatif, yang berasal dari kontrol atas produk
material atau aspek-aspek dunia material.
Struktur
berasal dari kebiasaan-kebiasaan yang ditetapkan sebagai standart dan dengan
demikian, sangat berhubungan dengan institusionalisasi dan memberi bentuk pada
pengaruh-pengaruh yang sangat dominal dalam kehidupan sosial. Giddens
membedakan antara struktur sebagai aturan-aturan dan sumber daya – sumber daya
dalam (kesatuan), dan struktur sebagai seperangkat aturan dan sumber daya
(terpisah) dengan alasan sebagai berikut, yaitu :
a. aturan kerap dipahami sebagai
ketentuan formal, aturan dalam reproduks sosial secara umum tidaklah demikian.
b. aturan sering dipahami sebagai
bentuknya yang tunggal, padahal dalam struktur Giddens tidaklah demikian.
c. aturan tidak dapat
dikonseptualisasikan terpisah dari sumber daya, yang merujuk pada cara-cara
dimana relasi-relasi transformatif sebenarnya terlibat dalam proses produksi
dan reproduksi praktis-praktis sosial. Oleh karena itu, kelengkapan struktural
memperlihatkan dominasi dan kekuasaan.
d. aturan mengandaikan
prosedur-prosedur metodis.
E. MODEL-MODEL
STRUKTURASI NON GIDDENS
Dalam studi
mereka yang menggunakan teori strukturasi Giddens, Layder dkk (1991)
menggunakan kelas sosial, jenis kelammin, tingkat pengangguran, dan lokasi
tempat tinggal (kota) sebagai variabel struktur.
Yang lebih
kontemporer, Parsons misalnya, membangun teori struktural-fungsional dimulai
dari teori tindakan. Dalam teori tindakannya, Parsons menjelaskan
bahwa aktor bertindak untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Tindakan aktor dipengaruhi oleh beragam
faktor, yakni ketersediaan alat (means), kondisi yang menghambat, norma-norma yang berlaku, serta sistem
budaya dimana aktor tersebut berada (lihat Wallace and Wolf, 2006 dan Turner,
1998). Dalam pandangan Parsons ini, seperti dijelaskan oleh Turner, “Action involves actors making subjective decisions
about the means to achieve goals, all of which are constrained by ideas and
situational conditions”
(Turner, 1998: 30).Demikian juga dengan teori Parsons tentang “variabel pola” (pattern variables). Ini juga merupakan teori
tindakan; dimana Parsons menjelaskan dua pola tindakan, yakni tindakan
ekspresif dan I nstrumental.
Sementara itu,
teori pilihan rasional atau rational choice, menekankan pada sifat rasional manusia sebagai basis
tindakannya. Seperti dikatakan Wallace
dan Wolf, “Theories of rational
choice assume that people are rational and base their actions on what they
perceive to be the most effective means to their goals” (Wallace and Wolf, 2006: 303). Salah satu tokoh dalam kelompok
teori ini, yakni George C. Homans, menjelaskan bahwa tindakan seseorang
merupakan hasil dari kalkuasi antara
nilai dan kemungkinan keberhasilan dari tindakan itu (Turner, 1998: 265). Walau nilai dari suatu tindakan itu tinggi,
namun jika kemungkinan keberhasilannya rendah, mungkin seseorang akan memilih
tindakan lain yang nilainya tidak terlalu tinggi, namun tingkat keberhasilannya
tinggi. Tindakan ini diformulasikan oleh Homans sebagai berikut:
Tindakan = Nilai x Kemungkinan atau
Action = Value x Probability
Para teoritisi interaksionisme simbolik tentunya juga menjelaskan
tindakan aktor. Seperti dijelaskan oleh Wallace dan Wolf, dalam teori
interaksionisme simbolik ini, “Individuals are
viewed as active constructors of their own conduct who interprete, evaluate,
define, and map out their own action...”
(Wallace and Wolf, 2006: 199). Salah
satu tokoh teori ini, Herbert Blumer, menjelaskan bahwa manusia itu bertindak
terhadap sesuatu didasarkan pada makna (meaning) dari sesuatu itu baginya (Wallace and Wolf, 2006: 217). Begitu
juga dengan teori fenomenologi. Para
teoretisi fenomenologi mempunyai fokus
perhatian pada bagaimana dunia ini dimaknai dan dipahami oleh orang atau
kelompok tertentu. Fenomenologi mempelajari perilaku orang dalam kehidupan
sehari-hari (everyday life). Menurut Inglisdan Thorpe
(2012), fenomenologi-lah yang pertama-tama menekankan ide tentang kesadaran
praktis (practical
consciousness). Ide ini
mengatakan bahwa sebagian besar manusia dan pada sebagian besar waktu, berpikir
dan bertindak secara “setengah sadar” (semi-conscious), ketimbang secara sadar sepenuhnya. Dalam kehidupan seharihari,
kita melakukan banyak hal (bertindak) “begitu saja”, tanpa melalui proses
berpikir secara mendalam. Banyak
tindakan manusia yang dilakukan sebagai suatu “kebiasaan”, suatu tindakan rutin
saja.
Stones mengatakan bahwa “Theories of
social action have been gradually, incrementally, and sometimes radically,
developed and refined over the last century or so” Dalam konteks perkembangan teori tindakan itu, belakangan ini
tindakan banyak dibahas dalam bingkai perdebatan tentang struktur dan
agensi.Namun demikian, baik konsep struktur maupun agensi serta kaitannya
dengan tindakan aktor juga masih menjadi bahan perdebatan. Oleh sebab itu,
menarik dan penting untuk membahas teori tindakan dalam bingkai struktur dan
agensi tersebut. Dengan demikian, maka ada tiga tujuan utama tulisan ini, yakni
pertama, mengkaji pengertian struktur sosial, kedua mengkaji pengertian agensi,
dan ketiga membangun teori tindakan berbasiskan konsep aktor, tindakan,
struktur sosial dan agensi serta interaksi antara unsur-unsur tersebut.
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam asumsi asumsi Anthony Giddens menerangkan bahwa
positivisme (fakta sosial) tidak lagi memadai dalam memandang fenomena sosial
karena sifatnya reduksionis, aktor menjadi beku karena di atur oleh struktur.
Berdasarkan pemikiran Anthony Giddens, beliau mencentuskan Teori Strukturasi.
Giddens sangat berbeda dalam meramu teorinya, berbeda
dengan ilmuan lainnya. Namun ia sangat menghormati konsensus ortodoks misalnya,
dengan tetap memakai konsep-konsep ilmuwan sosial lainnya seperti structure, walaupun ia menyebutkannya
dengan structuration. Kedua kata
tersebut memang menunjukkan perbedaan makna yang cukup berarti bagi Giddens,
dimana dia lebih memilih menggunakan kata structuration.
Strukturasi Giddens digunakan untuk mengkaji masyarakat modern sehingga teorinya
tidak mutlak berlaku untuk semua masyrakat. Dengan teorinya tersebut dia
setidaknya berusaha mempertahankan keyakinan bahwa masyarakat akan selalu
berubah, seagaimana ilmu tentang masyarakat itu sendiri terus berkembang
sepanjang ruang dan waktu.
Hasil-hasil karyanya yang terutama tesisnya banyak
dipengaruhi oleh Teori Strukturasi banyak karyanya yang di terbitkan
diantaranya:
Giddens, Anthony (1971) Capitalism and Modern Social
Theory. An Analysis of the writings of Marx, Durkheim and Max Weber. Cambridge : Cambridge
University Press.
Giddens, Anthony (1973) The Class Structure of the Advanced Societies.
London : Hutchinson.
Giddens, Anthony (1976) New Rules of Sociological Method: a Positive
Critique of interpretative Sociologies. London : Hutchinson.
Giddens, Anthony (1977) Studies in Social and Political Theory.
London : Hutchinson
Dalam
menjelaskan tentang hubungan agent dan struktur, Giddens (2003) mengenalkan
konsep dualitas struktur. Konsep dualitas struktur menerangkan bahwa
struktur bukan hanya medium, tetapi juga hasil dari tingkah laku (conduct) yang
diorganisasikan secara berulang. Dengan kata lain, struktur bukan hanya memandu
tindakan tetapi juga merupakan akibat dari tindakan agent dalam
proses produksi dan reproduksi sistem sosial. Struktur menjadi medium karena
seseorang tidak dapat bertindak tanpa kemampuan dan pengetahuan yang sudah
terbatinkan. Struktur kemudian menjadi hasil karena pola budaya yang luas
direproduksi ketika digunakan. Strukturasi menangkap gambaran tentang hidup
sisal sebagai proses timbal balik antara tindakan-tindakan.
DAFTAR PUSTAKA
Giddens, Anthony, Teori
Strukturasi, terjemahan oleh Maufur dan Dariyatno,Yogyakarta: Pustaka
Pelajar 2010.
Giddens, Anthony dan Turner Jonatahan, Social Theroy Today. Terjemahan oleh
Yudi Santoso, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008.
Poster, Mark, Anthony
Giddens :The Constitution Of Society, terjemahan oleh Adi Loka Sujono,
Pasuruan: Pedati, 2003.
Yahya, Khoirul dkk, Teori
Politik, Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2013.
[1] Mark
Poster, , Anthony Giddens :The Constitution Of Society,
terjemahan oleh Adi Loka Sujono, (Pasuruan: Pedati,2003), 1.
[2] Ibid, 20-22.
[3] Ibid, 19.
[5] Ritzer George, Goodman,
Douglas. 2003. Teori Sosiologi Modern.
Terjemahan Alimandan, (Jakarta: Prenada Media, 2004).
[6] Ibid.
terimakasih sudah berbagi teorinya kak
ReplyDeleteseo company indonesia