Wednesday, July 4, 2018

PENYUSUNAN KERANGKA KARANGAN


BAB I

PENDAHULUAN

Karangan adalah hasil perwujudan gagasan seorang dalam bahasa tulis yang dapat dibaca dan dimengerti oleh pembaca. Namun sebelum kita membuat sebuah karangan sebaiknya kita membuat kerangka karangan terlebih dahulu karena tanpa kerangka karngan maka akan mudah terjerumus kearah keadaan anarkis dan akan mudah kehilangan kontrol terhadap karangan yang akan dituju. Selain itu, dengan adanya kerangka karangan dapat menghindari adanya tumpang tindih pada bagian-baigan tertentu serta penyimpangan-penyimpangan dari topik dapat dihindarkan.Kerangka karangan mempunyai arti yang sama dengan ragaan atau outline yaitu rencana kerja yang memuat garis-garis besar atau susunan pokok pembicaraan sebuah kerangka kyang akan ditulis.
Oleh karena itu, di makalah ini akan dijelaskan mengenai kerangka karangan, lagkah-langkah pembuatan karangan, fungsi kerangka karangan dan contoh-contoh dalam pembuatan kerangka karangan.
1.      Apa yang dimaksud kerangka karangan?
2.       Apa saja manfaat kerangka karangan?
3.      Apa saja bentuk kerangka karangan?
4.      Bagaimana kriteria kerangka karangan?
5.      Bagaimana langkah-langkah kerangka karangan?
1.      Memahami pengertian kerangka karangan
2.      Memahami Manfaat dari kerangka karangan
3.      Memahami bentuk kerangka karangan
4.      Mengetahui kriteria kerangka karangan
5.      Memahami langkah pembuatan kerangka karangan
1.      Bagi penulis, penulisan makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis mengenai penyusunan kerangka karangan.
2.      Bagi Institusi, penulisan makalah ini diharapkan dapat menambah literatur atau referensi untuk pengembangan tugas makalah selanjutnya. 




BAB II

PEMBAHASAN

      2.1      Pengertian Kerangka Karangan

Mengarang adalah mengorganisasi ide. Pengorganisasian ide diawali dengan menyusun kerangka karangan. Dengan kerangka karangan, rangkaian ide dapat disusun secara sistematis, logis, jelas, ter-stuktur, dan teratur.Kerangka karangan disebut juga regangan (outline). Pada dasarnya, penyusunan outline adalah proses penggolongan dan penataan berbagai fakta yang kadang-kadang berbeda jenis dan sifatnya, menjadi kesatuan yang berpautan[1].  Adapun lima jenis karangan yang sering dijumpai dalam keseharian adalah narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi.
 Selain itu, dengan adanya kerangka karangan dapat menghindari adanya tumpang tindih pada bagian-baigan tertentu serta penyimpangan-penyimpangan dari topik dapat dihindarkan.
Setiap kerangka tulisan menggambarkan bagian-bagian atau butir-butir isi karangan dalam tataan yang sistematis. Kerangka karangan yang belum final disebut outline, sementara kerangka karangan yang sudah tersusun rapi dan lengkap disebut outline final.
Dalam kerangka karangan akan tampak butir-butir isi karangan yang menggambarkan:
1.      Sub-subtopik karangaan, baik dari segi jumlah mapun dari segi jenisnya.
2.      Urutan sub-subtopik isi karangan.
3.      Hubungan antar subtopik dalam karangan, hubungan logis atau kronologis, dan hubungan setara atau hubungan bertingkat.
Topik dan sub-topik yang akan ditulis perlu ditata dengan baik agar sub-subtopik lengkap, urutan yang sesuai, dan terlihat hubungan antar subtopik. Penataan sub-subtopik ini dapat dilakukan dengan pemetaan pikiran.  Bagian yang paling sulit dalam menulis adalah mengetahui tema dan bagaimana cara untuk memulainnya.
Dengan menggunakan pemetaan pikiran akan mudah dalam menemukan sebuah pikiran.
Menurut Prof. Dr. Gorys Keraf (1970)[2]“Suatu kerangka karangan yang baik tidak dibuat satu sekali, penulis akan selalu berusaha menyempurnakan bentuk yang pertama sehingga diperoleh bentuk yang lebih baik, demikian seterusnya. Seorang penulis yang sudah biasa dengan tulisan-tulisan yang kompleks akan dengan mudah menyusun suatu kerangka karangan yang baik. Namun, sebelum seorang penulis yang baru mahir menyusun sebuah kerangka karangan diperlukan beberapa tuntutan.”

      2.2      Manfaat Kerangka Karangan

Kerangka karangan yang sudah ditulis memberikan manfaat dalam pembentukan sebuah karangan antara lain :
1.      Untuk memudahkan penulisan sebuah karya tulis agar menjadi lebih sistematis dan rapi.
2.      Untuk mencegah penulis membahas suatu ide atau topik bahasan yang sudah dibahas sebelumnya.
3.      Untuk mencegah penulis keluar dari ide awal yang akan dibahas dalam suatu karangan yang akan dikerjakan.
4.      Membantu pengembangan ide agar karangan menjadi lebih variatif dan menarik.
5.      Memudahkan  penulis menyusun karangan secara menyeluruh.
6.       Mencegah ketidaklengkapkan bahasan. [3]
Dapat disimpulkan, dengan adanya kerangka karangan seorang penulis dapat dengan mudah menciptakan klimaks yang berbeda. Sehingga para pembaca terpikat terus menerus untuk membaca dan melanjutkan pada halaman berikutnya.






      2.3      Bentuk Penyusunan Kerangka Karangan

1.      Penyusunan kerangka karangan berdasarkan perumusan teks.
a.      Kerangka Kalimat
Kerangka kalimat mempergunakan kalimat deklaratif ( berita) yang lengkap untuk merumuskan setiap topik, sub topik, maupun sub-sub topik.
b.      Kerangka Topik
Kerangka topik  dimulai dengan perumusan tesis dalam sebuah kalimat yang lengkap. Sesudah itu semua pokok, baik pokok-pokok utama maupun pokok-pokok bawahan, dirumuskan dengan mencantumkan topiknya saja, dengan tidak mempergunakan kalimat yang lengkap. Kerangka topik dirumuskan dengan mempergunakan kata atau frasa. Sebab itu kerangaka topik tidak begitu jelas dan cermat seperti kerangka kalimat. Kerangka topik manfaatnya kurang bila dibandingkan dangan kerangka kalimat, terutama jika tenggang waktu antara perencanaan antara kerangka karangan itu dengan penggarapannya cukup lama.
c.       Gabungan antara Kerangka Kalimat dan Kerangka Topik
            Kerangka karangan yang menggabungkan antara kerangka kalimat dan kerangka topik. Kerangka karangan yang mencakup kalimat berita dan dan sub-sub bagian maupun pokok-pokok utama dan pokok-pokok bawahan.

2.      Penyusunan Kerangka karangan berdasarkan rinciannya.
a.      Kerangka Karangan Sementara
Kerangka karangan sementara atau non formal merupakan suatu alat bantu, sebuah  penuntun bagi suatu tulisan yang terarah. Sekaligus ia menjadi dasar untuk penelitiaan kembali guna mengadakan perombakan-perombakan yang dianggap perlu. Karena kerangka karangan ini bersifat sementara, maka tidak  perlu disusun secara terperinci. Tetapi karena ia juga merupakan sebuah kerangka karangan maka ia harus memungkinkan pengarangnya untuk menggarap persoalannya secara dinamis, sehingga perhatian  harus dicurahkan sepenuhnya pada penyusunn-penyusunan kalimat-kalimat, alenia-alenia, atau bagian-bagian tanpa memepersoalkan lagi bagaimana susunan karangannya, atau bagaimana susunan bagian-bagiannya.
Perencanaan kerangka karangan sementara dilakukan sesuai dengan prosedur. Mula-mula penulis merumuskan tesis berdsarkan topik dan maksud utama dari karangan itu. Kemudian dibawah tesis itu dibuat perinciaan berupa pencatatan semua hal yang mungkin dijadikan pokok-pokok utama atau pokok-pokok tambahan bagi tesis tadi.Pokok-pokok yang mempunyai hubungan satu sama lain atau mempunyai hubungan logis di hubung-hubungkan dengan tanda panah, atau pokok yang tidak mempunyai hubungan dengan tesis dicoret. Pokok-pokok yang diterima sebagai perinciaan dari tesis lalu diurutkan sesuai dengan pola susunan yang dipilih, dengan diberi nomor-nomor urut sesuai dengan pola susunan.
Kerangka karangan non-formal biasanya terdiri dari tesis dan pokok-pokok utama, paling tinggi dua tingkat perincian. Alasan untuk menggarap sebuah kerangka karangan sementara dapat berupa topik yang tidak kompleks atau karena penulis segera menggarap karangan itu.
b.      Kerangka Karangan Formal
Kerangka karangan formal biasanya timbul dari penimbangan bahwa topik yang akan digarap bersifat sangat kompleks, atau suatu topik yang sederhana tetapi penulis tidak bermaksud untuk segera menggarapnya.
Proses perencanaan sebuah karangan formal mengikuti prosedur yang sama seperti kerangka non-formal. Tesisnya dirumuskan dengan cermat dan tepat, kemudian dipecah-pecah menjadi bagian-bagian bawahan (sub-ordinasi) yang dikembangkan untuk menjelaskan gagasan sentralnya. Setiap sub-bagian dapat diperinci lebih lanjut menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, sejauh diperlukan untuk menguraikan persoalan itu sejelas-jelasnya. Dengan perincian yang sekian banyak, sebuah kerangka karangan dapat mencapai lima atau enam tingkat perincian. Suatu tesis yang diperinci minimal atas tiga tingkat perincian sudah dapat disebut kerangka formal. [4]

      2.4      Syarat Penyusunan Kerangka Karangan

1.      Menggunakan bentuk kerangka standar.
2.      Menggunakan inden atau liurus secara konsisten, dan tidak mengombinasikan bentuk-bentuk tersebut secara bersamaan dalam sebuah kerangka karangan.
3.      Menggunakan pnomoran secara konsisten(angka desimal, angka romawi, kombinasi angka romawi, huruf dan angka arab )
4.      Setiap judul bab diberi nomor secara konsisten.
5.      Setiap subbab diberi nomor secara konsisten.
6.      Setiap unsur subbab diberi nomor secara konsisten.
7.      Setiap detail unsur diberi nomor secara konsisten.
8.      Penomoran tidak melebihi empat angka(digit)
9.      Kerangka karangan tidak sama dengan daftar isi. [5]

      2.5      Langkah – Langkah Penyusunan Kerangka Karangan

Dari setiap kerangka karangan dapat dikembangkan menjadi satu paragraf atau dua pragraf. Kerangka karangan yang telah disusun menjadi titik tolak kalimat-kalimat yang dituangkan atau dijadikan sebagai pikiran utama atau kalimat topik pada setiap paragraf yang dibuat. Dengan demikian, kecil kemungkinannya terjadi kesalahan atau pengulangan ide didalam suatu karangan bahkan kesalahan itu dapat dihindari.
Dalam sebuah kerangka karangan, penulis akan terus berusaha bagaimana karangan yang ditulis dapat dipahami maksud dan tujuan oleh sang pembaca. Maka dari itu, ada beberapa langkah yang harus dilakukan oleh penulis, terutama penulis awam. Adapun langkahnya sebagai berikut:
1.      Merumuskan tema dan menentukan judul suatu karangan
Penentuan tema adalah hal yang paling mendasar dalam pembentukan karangan. Karena dari tema inilah karangan itu akan berkembang. Usahakan dalam pemilihan tema yang menarik agar pembaca tertarik membacanya. Setelah tema dipaskan, maka tak kan sukar memilih judul karangan tersebut. Usahakan judul juga menarik.
2.      Mengumpulkan bahan
Setelah mendapatkan tema, yang harus dilakukan adalah mengumpulkan bahan pendukung yang berupa topik-topik yang berhubungan dengan tema untuk dikembangkan menjadi sebuah karangan. Topik-topik tersebut antara lain, pengertian, tujuan, jenis, contoh, dan lain-lain. Berikut ini petunjuk-petunjuknya:
a.       Mencatat hal penting
b.      Membaca sebagai kebutuhan
c.       Perbanyak diskusi

3.      Menyeleksi bahan
Hindari membahas topik yang tida penting pada karangan tersebut. Jangan mengulang hal yang sama pada paragraph yang sama. Berikut ini petunjuk-petunjuknya:
a.       Mencatat hal penting
b.      Membaca sebagai kebutuhan
c.       Perbanyak diskusi
4.      Mengembangkan kerangka karangan
Jika sudah mendapatkan tema, judul dan topik, buatlah karangan yang utuh dengan cara mengembangkan kerangka karangan yang telah dibuat. Perluas topik-topik yang telah ditentukan pada kerangka dan usahakan jangan membahas topik yang tidak ada di dalam kerangka karangan.
Proses pengembangan karangan tergantung sepenuhnya pada penguasaan terhadap materi yang hendak kita tulis, jika benar-benar memahami materi yang baik, permasalahan dapat diangkat dengan kreatif, mengalir dan nyata. Terbukti pula kekuatan bahan materi yang kita kumpulkan dalam menyediakan wawasan untuk mengembangkan karangan juga jangan sampai menumpuk dengan pokok permasalahan yang lain. Untuk itu pengembanganya harus sistematis, dan terarah. Alur pengembangan juga harus di susun secara teliti dan cermat. Semakin sistematis, logis dan relevan pada tema yang di tentukan, semakin berbobot pula tulisan yang dihasilkan.

      2.6      Pengembangan Kerangka Karangan

Kerangka karangan yang sudah dibuat baik dalam kerangka bentuk topik ataupun kerangka dalam bentuk kalimat dapat dikembangkan dalam bentuk paragraf-paragraf. Pengembangan kerangka karangan dapat dibagi menjadi dua, yaitu pengembangan kerangka karangan secara alamiah dan pengembangan kerangka karangan secara logis.[6]

1.      Pengembangan Kerangka Karangan Secara Alamiah
Pengembangan kerangka karangan secara alamiah adalah pengurutan pokok pikiran sesuai dengan kenyataan atau apa adanya seperti yang bisa diamati dalam kehidupan manusia. Pengembangan kerangka karangan dapat dilakukan dengen cara:
a.       Pengembangan Spasial atau ruang yaitu, pengembangan kerangka karangan tulisan yang berkaitan dengan lokasi kejadian dan sifatnya lebih deskriptif.
b.      Pengembangan Kronologis atau waktu yaitu, pengembangan kerangka tulisan yang berdasarkan urutan kejadian suatu peristiwa atau tahap kejadian.
c.       Pengembangan berdasarkan topik yang ada yaitu, pengembangan berdasarkan kerangka tulisan berdasarkan hal-hal yang sudah diketahui bagian-bagian dan dijelaskan secara berturut-turut dan logis. [7]
2.      Pengembangan Kerangka Karangan Secara Logis
Pengembangan kerangka karangan seacara logis adalah suatu urutan unit-unit kerangka karangan sesuai dengan kemampuan dalam menganalisa dan menghubungkan kejadian-kejadian disekitar dengan akal budi. Macam-macam urutan pengembangan kerangka karangan secara logis:
a.      Urutan Klimaks dan Anti Klimaks
Urutan ini timbul sebagai tanggapan penulis yang berpendirian bahwa posisi tertentu dari suatu rangkaian merupakan posisi yang paling tinggi kedudukannya atau yang paling menonjol. Urutan yang merupakan kebalikan dan klimaks adalah anti klimaks. Penulis mulai suatu yang paling penting dari suatu rangkaian dan berangsur-angsur menuju kepada suatu topik yang paling rendah kedudukan atau kepentingannya.
b.      Urutan Kausal
Urutan kausal mencakup dua pola yaitu urutan dari sebab ke akibat, dan urutan akibatke sebab, Pada pola yang pertama suatu masalah dianggap sebagai sebab, yang kemudian dilanjutkan dengan perincian-perincian yang menelusuri akibat-akibat yang mungkin teijadi. Urutan ini sangat efektif dalam penulisan sejarah atau dalam membicarakan persoalan-persoalan yang dihadapi umat manusia pada umumnya.
c.       Urutan Pemecahan Masalah
Urutan pemecahan masalah dimulai dari suatu masalah te;ientu, kemudian bergerak menuju kesimpulan umum atau pemecahan atas masalah tersebut. Sekurang-kurangnya uraian yang mempergunakan landasan pemecahan masalah terdiri dari tiga bagian utama, yaitu deskripsi mengenai peristiwa atau persoalan tadi, kedua, analisa mengenai sebab-sebab atau akibat- akibat dari persoalan, dan akhirnya aiternatif-alternatif untukjalan keluardari masalah yang dihadapi tersebut.
d.      Urutan Umum – Khusus
Urutan ini menerangkan dari hal yang bersifat umum ke pada yang khusus pun sebaliknya.
e.       Urutan Familiaritas
Urutan familiaritas dimulai dengan mengemukakan sesuatu yang sudah dikenal, kemudian berangsur-angsur pindah kepada hal-hal yang kurang dikenal. Secara logis memang agak ganjil jika pengarang mulai menguraikan sesuatu yang tidak dikenalnya atau yang tidak dikenal pembaca.
f.       Urutan Akseptabilitas
Urutan akseptabilitas mirip dengan urutan familiaritas. Bila urutan familiaritas mempersoalkan apakah suatu barang atau hal yang sudah dikenal atau tidak oleh pembaca, maka urutan akseptabilitas mempersoalkan apakah suatu gagasan diterima atau tidak oleh para pembaca, apakah suatu pendapat disetujui atau tidak oleh para pembaca.
Sebab itu sebelum menguraikan gagas- an-gagasan yang mungkin ditolak oleh pembaca, penulis harus mengemukakan gagasan-gagasan yang kiranya dapat diterima oleh pembaca; dan sekaligus gagasan-gagasan itu menjadi landasan pula bagi gagasan yang mungkin akan ditolak itu.

BAB III

PENUTUP

3.1            Kesimpulan

Kerangka karangan sering disebut juga dengan outline atau ragangan.Kerangka karangan (outline) merupakan miniatur karangan.Pada dasarnya outline adalah proses penggolongan dan penataan berbagai fakta yang kadang-kadang berbeda dengan jenis dan sifatnya, menjadi kesatuan yang berpautan. Dengan  memperhatikan outline akan terlihat dengan jelas struktur dan sistematika berpikir pengarangnya.Sehingga pengarang dapat melihat dengan jelas, dibagian mana fakta, penilaian, argumentasi, atau ilustrasi tertentu dikemukakan, sehingga karangan menjadi tepat.
kerangka karangan juga sebagai rencana kerja yang memuat garis-garis besar atau an pokok pembicaraan sebuah karangan yang akan ditulis. Kerangka karangan ditulis dalam rangka untuk menghindari adanya tumpang tindih pada bagian-bagian tertentu. Selain itu, susunan penulisan yang bersifat konseptual, menyeluruh, terarah, logis, jelas, dan bersasaran dari target pembacanya. kerangka karangan (outline) juga  memudahkan kita dalam pembuatan karangan yang lebih baik.

3.2            Saran

Agar kita dapat memperoleh karangan yang baik, logis, dan sistematis,maka kita harus mmbuat kerangga terlebih dahulu.Karena dengan kerangka karangan kita bisa menghindari penggarapan topik  yang berulang-ulang,terhindar dari tumpang tindih pada bagian-bagian tertentu. Selain itu, penyimpangan-penyimpangan dari topik pun dapat dihindarkan, dan juga akan menjamin bahwa penulisan akan bersifat konseptual, menyeluruh, terarah, dan bersasaran dari target pembacanya.



DAFTAR PUSTAKA


Keraf, Gorys. 1970. “Tata Bahasa Indonesia”. Flores: Nusa Indah.
Keraf, Gorys. 1997. “Komposisi Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa”. Jakarta: Nusa Indah.
Mulyati. 2015. “Terampil Berbahasa Indonesia”. Jakarta: PT. Fajar Interpratama Mandiri.
H.P. Achmad. 2011. “Bahasa Indonesia”. Jakarta: Kencana Pranada Media Grup.
HS, Widjono. 2005. “Bahasa Indonesia”. Jakarta: PT. Grasindo.
Rahardi, Kunjana. 2009. “Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi”. Jakarta: Erlangga.





[1] Widjono HS, Bahasa Indonesia, PT. Grasindo: Jakarta, 2005, Hal. 231.
[2] Prof. Dr. Gorys Keraf,  Tata Bahasa Indonesia, Nusa Indah:  Flores, 1970, Hal. 133
[3] Kunjana rahardi, bahasa indonesia untuk perguruan tinggi, Erlangga: Jakarta, 2009, Hal. 159.   

[4] Gorys keraf, komposisi sebuah pengantar kemahiran bahasa,  Nusa Indah: Jakarta, 1997, Hal. 146.
[5] Widjono HS, Bahasa Indonesia, PT. Grasindo: Jakarta, 200 5, Hal. 234.
[6]
[7]

No comments:

Post a Comment