BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Pada tahun 1980-an dan 1990-an telah
muncul pendekatan managerial baru di sektor publik, sebagai respon terhadap apa
yang banyak dianggap sebagai kekurangan dari model administrasi tradisional.
Pendekatan ini dapat mengurangi beberapa masalah dari model sebelumnya tetapi
tidak berarti ada perubahan cukup dramatis dalam cara sektor publik beropersi. Kamarck
(2000) berpendapat bahwa akhir abad ke-20 telah terlihat sebuah revolusi dalam
administrasi publik, setiap hal yang mendalam seperti itu yang terjadi pada
pergantian abad ke-19. Ketika prinsip-prinsip birokrasi Weberian mulai
memengaruhi banyak pemerintahan di seluruh dunia.[1]
Manajemen merupakan ilmu yang berkembang
sangat pesat saat ini, manajemen dianggap lebih modern di bandingkan dengan
administrasi, namun asumsi tersebut memiliki kekurangan karena ilmu manajemen
publik tidak dapat menjelaskan gejala-gejala dalam organisasi secara
terperinci, dan ilmu manajemen cenderung sangat praktis. Sebelum lebih dalam
kita memahami konteks dari manajemen secara umum.
Ilmu manajemen dan manajemen publik
memilki perbedaan yang paling utama yaitu manajemen publik dengan struktur organisasi tertutupnya
dipenuhi formalitas dan aturan, memiliki perbedaan dengan manajemen sektor
privat dimana, formalitas dan aturan itu sangat kurang. Formalitas dan aturan
yang ada pada publik itu lahir melalui keputusan keputusan teratas yaitu
politik, politik di tingkat elit pejabat publik ini di atur karena adanya
dukungan dari masyarakat yang mendukung elit berkuasa, manajemen publik ini
biasanya tidak terlepas dari intervensi politik di tingkat elit, namun di
tingkat menengah dan bawah tidaklah kentara unsur politisnya, karena biasanya
manajemen tingkat menengah dan bawah di isi oleh para professional dan para
birokrat karier.
Manajemen Publik sangat penting bagi
seseorang yang sedang mengambil disiplin ilmu administrasi Negara atau disiplin
administrasi Publik alasannya karena dengan mengetahui pengertian atau definisi
manajemen Publik tersebut kita akan mengetahui kedudukan manajemen publik di
dalam suatu negara. Hal inilah yang menarik perhaian peneliti untuk meneliti
makalah yang berjudul
1.2 RUMUSAN MASALAH
a.
Apa
definisi manajemen?
b.
Apa
definisi manajemen publik?
c.
Apa
paradigma manajemen?
d.
Apa
fungsi manajemen?
1.3 TUJUAN PENULISAN
a.
Untuk
mengetahui definisi manajemen
b.
Untuk
mengetahui definisi manajemen publik
c.
Untuk
mengetahui paradigma manajemen
d.
Untuk
mengetahui fungsi manajemen
1.4 MANFAAT
a.
Untuk
pemerintah
Sebagai pengevaluasian atas
kinerja pemerintah untuk kedepannya agar lebih baik
b.
Untuk Dosen
Sebagai acuan dan penambahan untuk media
pembelajaran di tingkat lingkungan akademisi.
c.
Untuk
Mahasiswa
Sebagai model mata kuliah dan menambah wawasan dan
refrensi
d.
Untuk
Masyarakat
Sebagai
edukasi dan pnegenalaan manajemen publik ke masyarakat
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN
MANAJEMEN
Pengertiaan
manajemen adalah suatu kegiatan organisasi sebagai suatu usaha dari sekelompok
orang yang bekerja sama dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu yang mereka
taati sedemikian rupa sehingga diharapkan hasil yang akan dicapai sempurna,
efektif dan efisien.
Manajemen berasal dari Bahasa Inggris
yaitu “management”. Istilah ini
berasal dari kata manus, tangan, yang
berkaitan dengan menagerie yang
berarti berternak. Kata manus berasal dari Bahasa Latin yaitu mansionaticum berarti pengelolaan rumah
besar. Kata manajemen bisa difahami dari Bahasa Italia maneggiare yang berarti mengendarai kuda dengan penuh keahlian.
Pada abad 18, istilah ini sering digunakan untuk memanipulasi politik
pengawasan pelayanan umum. Frase “Managemen Administratif” diciptakan oleh US
Browen Low Comminitee tahun 1937; manajemen publik muncul kembali pada tahun
1980-an untuk menerangkan pendekatan rekayasa produksi bebas politik untuk
bagian pelayanan umum menurut (Talizibuhu Ndraha).[2]
Menurut Marry Parker Follet, manajemen adalah seni dalam menyelesaikan pekerjaan
melalui orang lain sebagai pengaturan atau penggelolaan sumber daya yang ada
sehingga hasilnya maksimal.[3]
Menurut J.G. Longenecker, manajemen adalah sebagai suatu proses kegiatan
manajer dalam mengambil keputusan, mengordinasikan usaha-usaha kelompok, dan
kepemimpinan.[4]
Menurut Roosenzwieg,
manajemen merupakan kegiatan yang meliputi koordinasi orang-orang dan
koordinasi sumber-sumber material untuk mencapai tujuan organisasi.[5]
Manajemen mempelajari bagaimana
menciptakan effectiveness (dong right
things) secara efisien. (Dong right things) dan produktif melalui fungsi dan
siklus tertentu dalam rangka mencapai tujuan organisasional yang telah ditetapkan.
Teori manajemen merupakan istilah umum
yang digunakan secara longar untuk menunjukkan temuan-temuan riset, kerangka
analisis, proporsi, kepercayaan, pandangan, pengamatan dan usulan kramer, 1975
yang dikutip oleh Ndraha. Menggunakan istilah yang lebih spesifik gagasan
manajemen ia mengatakan bahwa gagasan manajemen: berasal dari penalaran
induktif dan deduktif. Gagasan ini mengorganisasikan secara sistematis
pengetahuan aplikatif sebagai sistem asumsi prinsip dan aturan prosedur yang
diterima. Gagasan manajemen membantu para manajer untuk manganalisis dan
menjelaskan berbagai sebab yang mendasar dasi situasi bisnis yang
memprediksikan hasil gabungan berbagai macam tindakan.
2.2 PENGERTIAN
MANAJEMEN PUBLIK
Secara mendasar dapat diartikan, manajemen
publik adalah penelitian interdisipliner aspek genrik organisasi. Merupakan
perpaduan dari perencanaan, pengorganisasian dan pengendalian fungsi manajemen
dengan manajemen sumberdaya manusia, keuangan, informasi fisik dan sumberdaya
politik.[6]
Adapun defenisi atau pengertian manajemen
publik sebenarnya lebih menekankan pada bentuk implementasi yang berupa
penerapan model, teori, metode, teknik, serta cara untuk mencapai suatu tujuan
secara efisien dan efektif.
2.2.1 Pengertian Manajemen Publik Menurut Para Ahli
Pengertian manajemen publik menurut para ahli yang akan disebutkan
tergantung latar belakang pendidikan, pengalaman, atau perspektif yang dianut
oleh para ahli tersebut. Diantarnya pengertian manajemen publik adalah sebagai
berikut:
Manajemen publik menurut Shafritz dan Russel (dalam Kebab, 2008:93)
diartikan sebagai upaya seseorang untuk bertanggungjawab dalam menjalankan
suatu organisasi, dan pemanfaatan sumber daya (orang dan mesin) guna mencapai
tujuan organisasi.
Menurut Donovan dan Jackson (1991:11-12) menejemen publik diartikan sebagai aktivitas yang
dilakukan dengan serangkaian keterampilan (skill).
Menurut Yeremias T. Keban mengartikan manajemen publik sebagai
upaya untuk menunjuk pada manajemen instansi pemerintah
Menurut Ott, Hyde dan Shafritz (1990) mengartikan bahwa manajemen
publik adalah upaya untuk memfokuskan pada bagaimana organisasi publik
mengimplementasikan kebijakan publik yang telah disepakati bersama.
Menurut Overman (1984 ) manajemen publik adalah sebuah penelitian
interdisipliner dalam organisasi dan merupakan perpaduan dari perencanaan,
pengorganisasian, serta pengendalian fungsi manajemen.
Menurut Nor Ghofur (2014) mengartikan bahwa manajemen publik adalah
manajemen pemerintah, yang artinya manajemen public juga bermaksud untuk
melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengontrolan terhadap pelayanan kepada
masyarakat.
Dari penjelasan para ahli yang telah mengemukakan pengertian
manajemen publik di atas dapat disimpulkan bahwasanya menejemen publik ialah
studi interadisipliner dari aspek umum organisasi, dan merupakan gabungan antara
fungsi menejemen seperti planning,
organizing, actuating, dan controlling
dengan sumber daya manusia, keuangan, fisik, informasi dan publik.
2.3 PARADIGMA MANAJEMEN
2.3.1 Paradigama Manajemen Tradisional
Pandangan manajemen tertua dan paling
berpengaruh hingga saat ini dan masih diterima pada kajian administrasi publik
di dunia adalah pandangan tradisional atau pandangan klasik, yang dibagi dalam
tiga cabang: yaitu manajemen birokrasi, ilmu manajemen dan manajemen
adminstratif. Ketiga faham ini muncul pada kahir tahun 1980-an sampai pada awal
1900 diawali ketika para insiyur mencoba untuk membuat ornaisasi berjalan dalam
mesin minyak, penemu tiga cabang ini semua berasal dari Jerman, Amerika Serikat
dan Prancis.[7]
2.3.2 Pandangan Manajemen Birokrasi
Pandangan ini mengacu pada seperangkat
aturan hierarki, kejelasan dalam pembagian kerja dan prosedur detail (Max
Webber, 1864-1920), seorang sejarawan Jerman yang menemukan prinsip dari
birokrasi dengan tulisannya tentang karakteristik ideal dalam birokrasi,
seperti:
Aturan sebagai panduan formal untuk
perilaku bangi pekerja ketika mereka sedang bekerja. Aturan dapat menolong,
menyediakan kedisiplinan untuk kebutuhan organisasi untuk mencapai tujuan. Dengan
adanya aturan yang sangat seragam dalam prosedur dan operasional sehingga
menjaga stabilitas kehendak dari perkerja. Impersionalitas, berarti pekerja
dievaluasi melalui aturan dengan data yang objektif. Namu dalam beberapa
litelatur kata impersonalitas ini memiliki konotasi negatif. Webber mempercayai
bahwa pendekatan ini dapat menjamin keadilan untuk semua pekerja, sehingga
tidak penilaiaan yang berdasarkan pada subyektivitas personal atau keterkaitan
personal untuk mewarnai penilaiaan kepada bawahan.[8]
Pembagian kerja, pengacu kepada pembagi
kerja berdasarkan atas spesialisasi jabatan. Ini memungkinkan organisasi untuk
menggunakan pegawai dan pelatihan secara efesien. Manajer dan pekerja
ditugaskan berdasrkan tujuannya masing-masing dalam spesialisasi dan keahlian
pegawai.
Struktur hierarki mengacu pada
perangkingan kerja berdasarkan atas suatu kewenangan, sesuatu hal yang perlu
diputuskan dalam setiap kerjanya. Dengan adanya stuktur kerja ini sangat
membantu pegawai menjadi sangat jelas. Dimana setiap posisi rangking memiliki
kewenangan masing-masing dalam suatu organisasi.
Struktur kewenangan, mengacu pada siapa
yang memutuskan dalam berbagai variasi penting pada setiap tingkat dalam
organisasi. Webber mengidentifikasi tiga tipe stuktur kewenangan tradisional
kharismatik dan legalrasional (kewenangan ini akan dibahas pada bab selanjutnya
tentang birokrasi) :
Ø Kewenangan tradisional,
ini berdasarkan kebiasaan, gender dan kelahiran. Kewenangan ini didominasi
berdasarkan atas ikatan darah ketika seseorang diberikan kewenangan, kelemahan
dari kewenangan ini secara transparasi tidak dapat terlihat kemampuan seseorang
memimpin.
Ø Kewenangan kharismatik,
ini lebih berdasarkan pada pandangan orang banyak terhadap seorang pemeimpin
secara personalitas dan subyektif. Kewenangan legalrasional mengacu pada
penggunaan hukum dan aturan secara aplikatif, pemimpin ini diakui karena
jabatannya didapat berdasarkan kemampuan.
Ø Kewenangan
Legal Rasional, mengacu kepada penggunaan Hukum dan aturan secara aplikatif,
pemimpin ini biasanya diakui karena jabatannya didapat berdasarkan
kemampuannya.
Memiliki penjenjangan karier, mengacu pada perjenjangan dalam struktur
karier yang jelas, karier ini menjenjang dari bahwa sampai keatas dengan
penilaian yang terstandar karir ini diikuti dengan jaminan kerja, tunjangan
kerja dan pensiun yang bervariatif tergantung dari jenjangnya masing-masing.
Setiap tingkat dari karir ini memiliki perbedaan secara gaji, honor, tunjangan
beban kerja dan sebagainya.
Rasionalitas, adalah
penggunaan secara efisien segala sumber untuk mencapai tujuan, manajer pada
tingkat ini biasanya memiliki sistem operasi yang logik dan scientifaally,
dengan segala rasionalitas ini tujuan dari aktivitas organisasi lebih mudah dan
ekonomis.
Keuntungan dari birokrasi
ini dapat kita lihat bahwa keuntungan dari manajemen birokrasi ini sangat
efisien dan konsisten, untuk organisasi tertutup seperti organisasi publik
sangat cocok diterapkan, oleh karena itu sering disebutkan juga organisasi
sektor publik merupakan organisasi yang sangat rigid dan memerlukan rutinitas
yang tinggi selain itu dalam organisasi publik memiliki manajemen yang secara
normatif sangat rigid aturannya dan memiliki red tape, adanya
perlindungan kewenangan, pengambilan keputusan yang sangat lambat karena tidak
dapat melangkahi aturan yang ada, bergerak secara lambat dalam alih teknologi,
sedikit untuk mengenal nilai-nilai dari para pekerja karena struktur organisasi
yang sangat panjang.[9]
2.3.3 Aliran
Masa kini
Termasuk dalam aliran ini adalah, pendekatan kuantitatif/Aliran
Ilmu Manajemen (management Science/Operations Research) pendekatan
sistem, pendekatan kontingensi, pendekatan keterlibatan dinamik. Aliran masa
kini merupakan aliran yang menuju ke modernitasan, dalam berbagai literatur
manajemen aliran masa kini banyak diisi oleh para pakar di luar ilmu manajemen
itu sendiri seperti ahli matematika dan statistika, ahli perencanaan. Dan
sebagainya.
Ø Pendekatan Kuantitatif/Aliran Ilmu
Manajemen (Management science/operations Research)
-
Muncul
sebagai hasil pengembangan matematika dan statistika untuk menyelesaikan
permasalahan militer pada kancah Perang Dunia II.
-
Pendekatan
ini menerapkan statistika, model optimasi, model Informas, dan Simulasi
computer dalam pelaksanaan aktivitas manajerial.
Ø Pendekatan Sistem
Memandang bahwa organisasi merupakan suatu kesatuan sistem yang
memiliki tujuan, dan terdiri dari bagian-bagian yang saling berkaitan.
Konsep-konsep dalam pendekatan sistem.
-
Subsistem adalah bagian-bagian yang menyusun sebuah
sistem.
-
Sinergi
merupakan interaksi antara satu bagian dengan bagian yang lain yang menghasilkan nilai atau produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan
dengan tanpa interaksi.
-
Open
system (dinamis terbuka) adalah sistem yang berinteraksi secara dinamis dengan
lingkungannya.
Closed System (sistem tertutup) adalah kebaikan dari sistem terbuka.
Ø Pendekatan Kontingensi
Di sebut juga dengan pendekatan situasional, yakni pandangan bahwa
dibutuhkan teknik manajemen yang berbeda untuk organisasi dengan
kondisi/situasi/waktu yang berbeda. Pendekatan sistem dalam manajemen artinya
memandang organisasi sebagai suatu satu kesatuan yang menyeluruh, yang terdiri
bagian-bagian yang saling berhubungan dan sebagai bagian dari lingkunga
eksternal yang lebih luas. Pada dasarnya sistem merupakan subsistem-subsistem
yang saling berhubungan dan saling bergantung. Manajemen memandang sistem
sebagai sistem tertutup dan sistem terbuka. Manajemen sistem tertutup
memusatkan pada hubungan-hubungan dan konsistensi internal (kesatuan Perintah),
rentang kendali, wewenang dan delegasi) sedangkan sistem terbuka
mempertimbangkan pengaruh lingkungan, tetapi secara fungsional tidak
menghubungkannya dengan konsep-konsep dan teknik-teknik manajemen yang mengarahkan
ke pencapaian tujuan.
Ø Pendekatan Keterlibatan dinamik (Dinamic
Engagement)
Menyatakan
bahwa tekanan oleh waktu dan hubungan anatar manusia mendesak manajemen untuk
berpikir ulang atas pendekatan tradisional yang digunakan guna mengahadapi
perubahan yang berlangsung secara terus-menerus dan cepat. Pendekatan ini
memandang bahwa tugas manajer adalah mengidentifikasi teknik mana pada situasi
tertentu, di bawah keadaan tertentu dan pada waktu tertentu akan membantu
pencapaian tujuan manajemen. Perbedaan kondisi dan situasi membutuhkan aplikasi
dan teknik manajemen yang berbeda, karena tidak ada teknik, prinsip dan konsep
universal yang dapat di terapkan dalam seluruh kondisi. Pendekatan ini
memasukkan variabel-variabel lingkungan dalam analisanya, karena perbedaan
kondisi lingkungan akan memerlukan aplikasi konsep dan teknik manajemen yang
berbeda pula.
Ø Manajemen Administratif
Manajemen
administratif memfokuskan pada manajer dan fungsi-fungsi manajemen dasar.
Kajian ini dimulai pada awal 1900-an di perancis oleh Henry Fayol (1841-1925).
Fayol adalah seorang industriawan perancis yang melihat arti penting seorang
manajer untuk melakukan pekerjaannya dengan menerapkan fungsi-fungsi manajemen planning,
organizing, leading, dan controlling serta menerapkan serangkaian
prinsip-prinsip manajemen kepada para pegawai. Dalam penelitian fayol beliau
melihat bahwa peagawai yang memiliki berbagai macam tujuan dalam pekerjaannya
memerlukan kejelasan dalam definisi pekerjaannya sehingga para pekerja ini
dalam mencapai tujuannya menjadi sangat jelas dan tujuan organisasi dapat
tercapai dengan baik. Penumpun pekerjaan ini mengharuskan pekerja untuk
melaporkan segala aktivitas kegiatannya kepada atasannya.
Ø Kompetensi manajerial
Memimpin organisasi public perlu diisi dengan seorang manajer
publik yang memiliki kompetensi secara objektif. Komunikasi merupakan hal yang
paling terpenting karena dalam komunikasi 3 arah maka seorang manajer publik
tidak mengambil keputusan public secara sepihak dan mendapatkan legalisasi dari
pegawai dan masyarakat sebaagi stake holders. Pegawai merupakan pengeksekusi
dari peran-peran manajer, oleh karena itu pegawai perlu memahami dengan jelas
agar mampu menjembatani keabu-abuan dari berbagai pemahaman seorang pegawai
dalam menginterpretasikan perintah.
Perencanaan dan
administrasi merupakan hal yang sangat penting dalam memhami awal dari
tercapainya suatu tujuan publik. Oleh karena itu seorang manajer publik ketika
dipilih harus memiliki visi dan misi yang jelas degan berbagai perencanaan yang
matang untuk menacapai tujuan organisasi. Sebagai organisasi yang kompleks maka
organisasi publik perlu adanya fungsionalisasi peran dari setiap departemen
oleh karena itu setiap departemen ini perlu memahami pentingnya kerja tim
sebagai pola kerja yang berguna untuk mengurangi risiko terjadi perpecahan.
Dalam berbagai
kurikulum yang ada di indonesia tidak jarang calon sarjana administrasi public
selalu dibekali dengan mata kuliah manajemen strategis. Ini merupakan hal yang
menurut penulis dirasakan cukup penting, karena dengan langkah yang strategis
yang perlu diambil oleh manajer public memerlukan pemahaman isu-isu yang
strategis.
Pemahaman tentang
lingkungan dari para manajer publik ini harus terbuka secara global dan global
karena itu tidaklah jarang ketika lingkungan suatu organisasi publik perlu
meningkatkan pemahamannya tentang dunia luar
2.4 FUNGSI
MANAJEMEN
Dari sejumlah definisi yang ada teramat jelas dinyatakan bahwa
pencapaian tujuan merupakan benang merah yang melekat dan menjadi inti dari
misi sebuah manajemen. Adanya tujuan yang ditetapkan secara jelas dan
bagaiamana mencapainya itu yang membedakan antatra sebuah kegiatan yang
dilakukan secara asal-asalan dengan kegiatan yang dilakukan dengan menggunakan
prinsip-prinsip manajemen. Lalu penggunaan prinsip-prinsip manajemen itu
diharapakan tujuan yang ditetapkan bisa dicapai secara efisien dan efektif.
Kegiatan manajemen itu biasanya ditandai dari kegiatan atau usaha merencanakan,
mengorganisasi, mengarahkan serta mengawasi kegiatan dalam suatu organisasi
yang ujung-ujungnya adalah tercapainya tujuan organisasi secara efektif dan
efisien.
Menurut Ermaya
Suradinata manajemen adalah kemampuan yang berhubungan denga usaha untuk
mencapai tujuan tertentu dengan jalan menggunakan manusia dan berbagai sumber
yang tersedia dalam organisasi dengan cara seefesien mungkin Manajemen
merupakan koordinasi semua sumberdaya melalui proses perencanaan,
pengorganisasian, penetapan tenaga kerja, pengarahan dan pengawasan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan dari kedua definisi dapat dirumuskan
ciri-ciri manajemen secara umum, yaitu adanya tujuan yang hendak dicapai,
adanya kelompok orang atau orang yang menggunakan orang lain, adaya
sumber-sumber yang digunakan dalam mencapai tujuan.
Demikianlah bahwa
manajemen itu dapat diartikan sebagai alat pencapaian tujuan melalui
pelaksanaan fungsi tertentu. Hany saja sampai sejauh ini belum ada konsensus
dan kesepakatan apa yang menjadi fungsi-fungsi manajemen. Sama seperti belum
adanya konsensus pengertian manajemen itu sendiri. Selain itu tujuan dan fungsi
manajemen yang terkandung dalam pengertian juga ada hal penting lainnya yaitu berupa
koordinasi terhadap ‘Enam M’ yaitu men, money, material, metode, mechine dan
market yang biasanya di sebut sebagai alat-alat manajemen.
Adaupun fungsi-fungsi manajemen menurut beberapa penulis antara
lain mencakup fungsi palnning, organizing, staffing, directing, inovating,
representing, dan conntroling. Ada juga yang menghilangkan atau menambahkan
atau fungsi lain atau mengantinya dengan istilah lain. Misalnya ada yang
menghilangkan fungsi staffing sehingga fungsi manajemen itu hanya berupa
planning, Organizing, Directing, Coordinating, Controlling, atau berupa
Planning, Organizing, Actuating, Controlling yang sering disingkat (POAC).
Tentu masih banyak rumusan fungsi manajemen yang lain yang pada intinya kurng
lebih sama maksud dan tujuannya.
Ada yang berusaha menjabarkan semua fungsi itu menjadi 10 fungsi
yaitu :
1. Forecasting, (Ramalan) yaitu kegiatan meramalkan, memproyeksikan
terhadap kemungkinan yang akan terjadi bila sesuatu dikerjakan.
2. Planning (Perencanaan) Yaitu penentuan serangkaian tindakan dan
kegiatan untuk mencapai hasil yang diharapkan
3. Organizing (Organisasi) Yaitu penggelompokkan kegiatan untuk
mencapai tujuan, termasuk dalam hal ini penetapan organisasi, tugas dan
fungsinya.
4. Staffing (Penyusunan Personalia) yaitu penyusunan personalia
sejak dari perekrutan tenaga kerja baru, latihan dan pengembangan sampai dengan
usaha agar setiap petugas memberi daya guna maksimal pada organisasi.
5. Directing atau Commanding (pengarahan atau mengkomando) yaitu usaha
memberi bimbingan saran-saran serta perintah dalam pelaksanaan tugas
masing-masing bawahan (delegasi wewenang) untuk dilaksanakan dengan baik dan
benar sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
6. Leading yaitu pekerjaan manajer untuk meminta orang lain agar
bertindak sesuai tujuan yang telah ditetapkan.
7. Coordinating (Koordinasi) yaitu menyelaraskan tugas atau
pekerjaan dengan jalan dihubungkan, menyatu padukan dan menyelaraskan pekerjaan
bawahan.
8. Motivating (Motivasi) yaitu pemberian semangat, inspirasi dan
dorongan kepada bawahan agar mengerjakan kegiatan yang telah ditetapkan secara
sukarela.
9. Controlling (Pengawasan) Yaitu penemuan dan penerapan cara dan
peralatan untuk menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan tujuan.
10. Reporting (Pelaporan) yaitu penyampaian hasil kegiatan baik
secara tertulisa maupun lisan
Dilihat dari sisi praktiknya atau pelaksanaanya, manajemen publik
secara sederhana bisa di artikan sebagai implementasi dari fungsi-fungsi
manajemen dalam proses penyelenggaraan public dalam mencapai tujuan yang telah
di tetapkan. Sebagai ilmu terapan, manajemen itu mencakup kaidah-kaidah atau
rumusan-rumusan, prinsip-prinsip dan konsep-konsep yang sudah teruji secara
ilmiah sehingga di sebut ilmu manajemen. Dengan menggunakan ilmu manajemen itu
seorang manajer bisa menjalankan fungsi-fungsi manajerial yang dimiliki secara
lebih efektif dan efisien dalam menacapai tujuan organisasi yang telah di
tetapkan sebelumnya. Seperti rumusan sederhana menegani manajemen itu merupakan
cara pencapaian tujuan yang telah di tentukan terlebih dahulu melalui kegiatan
orang lain.
Adaupun sarana untuk mencapai tujuan manajemen itu setidaknya ada
enam. Keenam sarana itu sering di singkat dengan enam (6) M yaitu Men, Money,
Material, Methods, dan Market, serta Machine. Kesemuanya itu dalam penerapan
fungsi-fungsi manajemen disebut sebagai sumber daya yang keberadaannya sangat
krusial bagi tercapainya tujuan manajemen. Betapa tidak, Men, atau
manusia, adalah unsur utama yang akan menjalankan manajemen mulai dari tahapan Planning,
Organizing, Direccting, hingga Controllin. Tanpa adanya manusia yang
menjalankan maka tujuan manajemen tidak akan tercapai. Kemudian, Money atau
uang, yang sangat di perlukan untuk melakukan berbagai aktivitas manajemen,
seperti upah atau gaji pegawai, pembeliaan faktor produksi, dan lain
sebagainya.
Berikutnya adalah Material atau bahan-bahan. Keberadaan material
dalam proses pelaksanaan bukan saja sebagai pembantu bagi mesin, tetapi seiring
dengan kemajuan teknologi seperti sekarang ini justru mesin itu sendiri sering
telah berubah kedudukannya malahan sebagai pembantu manusia. Begitu juga
Methods atau caa pelaksanaan, dimana untuk melakukan kegiatan-kegiatan secara
berdaya guna dan berhasil guna (efektif dan efisien), manusia di hadapakan pada
berbagai pilihan alternatif pelaksanaan (metode). Sebuah pilihan atau
penggunaan metode tertentu akan besar pengaruhnya terhadap keberhasilan
pencapaian tujuan organisasi. Terkahir, khususnya di sektor privat, adalah Market
atau pasar. Tanpa adanya pasar bagi hasil produksi, jelas tujuan perusahaan
industri tidak mungkin tercapai. Begitupun di sektor publik, yang di maksud
pasar adalah Pengguna dari produk yang dihasilkan oleh organisasi publik atau
pemerintahan antara lain layanan publik. Jika masyarakat tidak memerlukan atau
menolak layanan yang di hasilkan, maka tujuan organisasi publik bisa dianggap
gagal. Hanya saja karena kedudukan organisasi pemerintahan yang sifatnya
monopolitik, maka produk yang dihasilkan pasti di serap pasar, meskipun tidak
semuanya.
Menurut Terry sebagaimana dikutip manulang, fungsi pokok manajemen
terdiri dari: Planning, Organizing, Actuating, and Controllin, yang biasa di
singkat POAC. Masing-masing fungsi saling berkaitan dan membentuk suatu sistem
dimana masing-masing unsurnya tidak boleh terlepas satu sama lainnya. Hal itu
artinya, dalam praktik atau proses penyalenggaraan manajemen pemerintahan
masing-masing unit kerja, kantor, atau organisasi adalah satu kesatuan sistem.
Menurut Manulang masing-masing fungsi dalam manajemen itu sulit memisahkan diri
satu dengan yang lain.
Sebagai contoh perencanaan (Planning) kegiatan yang sudah di
putuskan dengan menentukan apa-apa yang akan di lakukan untuk mencapai tujuan
yang telah di tetapkan dalam sebuah rencana pasti memerlukan masukan dari
berbagai sumber informasi antara lain dari kegiatan pengawasan dan evaluasi
yang dilakukan di waktu sebelumnya. Peran dan fungsi sebuah rencana dalam
fungsi manajemen adalah sebagai dasar atau standar/ukuran untuk kegiatan evaluasi.
Dengan adanya evaluasi, yaitu membandingkan rencana dengan pelaksanaan, maka
akan dapat diketahui kemajuan atau hasil suatu kegiatan.
Berikutnya adalah (Organizing) yang meliputi penentuan dan
pembentukan wadah atau organisasi serta pengaturan hubungan antara wadah-wadah
tersebut. Prinsip organisasi yang penting adalah pembagian kerja, pendelegasian
wewenang, dan koordinasi, Tujuannya agar tercapai efisiensi dan efektivitas
dalam tahapan atau fungsi berikutnya, misalnya dengan mengurangi terjadinya over-lapping
dan duplication of work.
Tanpa ada perencanaan dan penggorganisasian yang baik, maka fungsi
pelaksanaan (actuating) dari manajemen sulit sekali mencapai hasil seperti yang
di kehendaki, betapa pun pelaksanaan suatu kegiatan itu dapat dilakukan secara
tuntas, misalnya saja kegiatan pembagunan suatu gedung untuk kegiatan pelayanan
kesehatan dan pendidikan, bisa saja semua dana atau anggaran yang disediakan
dapat di belanjakan tepat waktu untuk keperluan yang dimaksudkan tetapi hasil
dan manfaatnya bisa saja tidak menemui sasaran yang diharapkan karena buruknya
proses perencanaan yang tidak melibatkan stakeholders yang menjadi sasaran dari
kegiatan tersebut. Bisa saja yang menikmati hasilnya adalah orang atau pihak
lain yang bukan menjadi sasaran, sekalipun katakanlah tidak uang sepeser pun
yang di korupsi dan bangunan fisik yang di maksudkan telah kokoh berdiri. Dalam
kaitan ini, maka fungsi manajemen berupa pengawasan (Controlling) sangat
penting. Pengawasan ini tidak hanya datang dari manajer tetapi diharapakan
muncul dari semua stakeholders yang terkait dengan kegiatan tersebut, utamanya
masyarakat dan lembaga pengawasan fungsional.
Kegiatan manajemen berupa pengawasan (Controlling) merupakan suatu
fungsi yang didalamnya termasuk mengendalikan pelaksaan agar sesuai dengan
rencana, mengukur hasil dibandigkan dengan target atau rencana, melakukan
tindakan atas terjadinya penyimpangan dan menyusun feedback demi penyempurnaan
dimasa yang akan datang. Seperti sebuah siklus yang terus bersambung, maka
fungsi dari sebuah pengawasan yang baik adalah berupa hasil atau masukan yang
kritis dan kontruktif, apa adanya dan objektif. Hasil pengawasan ini akan
digunakan sebagai bahan oleh pihak manajemen dalam hal pengambilan keputusan
atau (policy making procces) untuk perumusan perencanaan dan kegiatan
berikutnya. Begitu seterusnya seperti siklus yang berputar, sehingga tidak
jelas manalagi yang disebut sebagai pangkal atau ujung.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Manajemen sektor publik ini merupakan
perpanjangan tangan dari studi ilmu administrasi yang memang tidak berkembang.
Namun, penulis melihat bahwa kajian tentang manajemen ini tidaklah tepat jika
didefinisikan lebih luas dari administrasi, karena ilmu manajemen sendiri itu
lahir dari berbagai macam fase adminstratif yang klasik dan tradisional. Memang
dalam studi empirik ilmu manajemen umum ini sering digunakan dalam menjelaskan
fenomena manajemen publik, namun pada pendapat penulis jawaban selalu tidak
ditemukan karena aktivitas publik sangat unik, tidak dapat diprediksi dengan
jelas, bahkan di beberapa negara maju juga mengalami kemandegan ketika mencoba
memahami manajemen di sektor publik.
3.2 SARAN
Untuk itu maka dalam meningkatkan pelayanan
dan pengorganisasian harus kerja ekstra dalam memenejemn suatu pelayan baik itu
dilingkungan masyarakat maupun bernegara manajemen merupakan seni mengatur
bagaimana kita mengatur segala sesuatu harus dengan mengunakan teknik
manajemen, manajemen sangat membantu masyarakat dalam menyelasaikan persoalan
manajemennya.
[1]. Asep Kartiwa,
Administrasi Publik Konsep dan
Pengembangan Ilmu di Indonesia, (Bandung: Graha
Ilmu. 2011)
[2] Bambang
Istianto, Manajemen Pemerintahan dalam
Prespektif Pelayanan Publik, (Jakarta : Mitra Wacana Media, 2011)
[6] Bambang
Istianto, Manajemen Pemerintahan dalam
Prespektif Pelayanan Publik, (Jakarta : Mitra Wacana Media, 2011)
[9] Yogi
Suprayogi Sugandi, Administrasi Publik,
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011)
kebetulan lagi cari info ini makasih kak
ReplyDeleteElever Media Indonesia
Tritanium Stones - Tritanium Art - T.T. Bradley
ReplyDeleteT.T. titanium tube Bradley: T.T. titanium trim Bradley has been designing sculpture and microtouch titanium sculptures for more than 40 years. titanium wedding band sets The titanium bicycle T.T. Bradley design